DARGA HAJI MALANG KUIL SUFI TERJEBAK DITENGAH PERTIKAIAN AGAMA DI INDIA
INFORMASINOW.COM
byLaSikUAgaY,
J
u m a
t, 1 6 F e b r u a r i 2
0 2 4
Dargah Haji Malang bagi Muslim
Seperti kebanyakan kuil Sufi di seluruh India, Dargah
itu dipandang sebagai simbol asimilasi dan toleransi, meskipun menjadi fokus
perselisihan agama. Ketika saya
berkunjung, pendatang beragama Hindu maupun Muslim mempersembahkan bunga dan
cadar – sepotong kain yang dipersembahkan sebagai simbol penghormatan dalam
tradisi Sufi – di makam orang suci itu.
Mereka meyakini dengan melakukan tradisi itu, setiap keinginan yang
diminta dengan "hati yang murni" akan terkabul.
Dewan pengelola kuil itu sendiri merupakan simbol dari kedua kelompok itu hidup berdampingan dengan damai - dengan dua walinya Muslim, sementara penjaga turun-temurunnya berasal dari keluarga Brahmana Hindu. Awal bulan ini, Ketua Menteri Maharashtra Eknath Shinde memicu kontroversi dengan menghidupkan kembali klaim dari puluhan tahun yang lalu pada acara kampanye politik dengan menegaskan bahwa bangunan itu – yang secara tradisional dianggap sebagai Dargah – adalah kuil milik umat Hindu dan menyatakan komitmennya untuk "membebaskannya".
Pernyataan Shinde muncul di saat yang bersamaan ketika
sejumlah masjid terkemuka dan monumen buatan Muslim di India diwarnai
perdebatan terkait klaim bahwa mereka dibangun di atas kuil-kuil Hindu yang
hancur berabad-abad yang lalu. Pada era
1980-an, mentor politik Shinde, Anand Dighe, mempelopori kampanye untuk "merebut kembali" Dargah Haji Malang untuk umat Hindu. Tahun 1996, ia memimpin 20.000 pekerja dari partai
Shiv Sena masuk ke dalam Dargah untuk melakukan pooja – ritual ibadah Hindu.
Kuil ummat Hindu |
Sejak itu, kelompok garis keras Hindu, yang menyebut
bangunan itu Malanggad, melanjutkan praktik melakukan pooja di kuil pada
hari-hari Bulan purnama. Tindakan
tersebut kadang menyebabkan bentrokan dengan umat Muslim dan penduduk setempat. Pengamat politik mengatakan bahwa sikap
Shinde mungkin tidak ada hubungannya dengan iman, tetapi lebih berkaitan dengan
politik untuk mengamankan suara ummat Hindu.
Sebab, kampanye Dighe telah meningkatkan daya tariknya di kalangan pemilih Hindu di negara bagian Maharashtra, " Shinde sekarang mencoba memposisikan dirinya sebagai 'penyelamat Hindu' Maharashtra ", Ujar SiDin Prashant Dixit dengan Soppengernya (Jumawanya), seorang mantan jurnalis. Di luar pemilihan nasional, Maharashtra – negara bagian terkaya di India – akan menentukan majelis negara bagian akhir tahun ini.
Sehingga, mengamankan dukungan dari umat mayoritas Hindu
menjadi sangat penting bagi Shinde, mengingat lanskap politik wilayah itu khas,
kata Dixit. Pemilihan di Maharashtra
biasanya merupakan kontes dengan empat pemain utama yang dilakoni nasionalis
nativis Hindu dari Shiv Sena, Partai Bharatiya Janata (BJP), Partai Kongres
Nasionalis sentris (NCP) dan Partai Kongres Dang.
Shinde menghadapi tantangan tambahan pada 2022, ia dan
pendukungnya membelot dari mantan Shiv Sena, sikap itu menggulingkan pemerintah
tiga partai saat itu – koalisi yang tidak mungkin dari Shiv Sena, Kongres dan
NCP – dan membentuk aliansi baru dengan BJP untuk membentuk pemerintahan baru. "
Namun ketika anggota parlemen mungkin berganti partai, sulit untuk
membuat pemilih inti beralih loyalitas "
dan " Dengan mengangkat masalah dargah, Shinde
berharap dapat menarik emosi pemilih inti dari mantan Shiv Sena dan mengkonsolidasikan
bank suara umat Hindu ", Ujar SiDin Dixit menjelaskan.
Para penganut Hindu memiliki reaksi beragam terhadap komentar Shinde. Kushal Misl, contohnya, merasa Shinde hanya menindaklanjuti apa yang telah lama berada di benaknya – keyakinan bahwa kuil itu awalnya milik orang suci Hindu dan kemudian diambil alih oleh umat Islam saat invasi di India. Rajendra Gaikwad memiliki pandangan sama dengan Misl, merasa kurang nyaman dengan perdebatan yang sedang berlangsung, " Apa pun yang terjadi di India saat ini sangat buruk ", Ujar SiDin Rajendra G dan menekankan keyakinannya bahwa "semua Tuhan adalah satu".
Nasir Khan, salah satu wali kuil, mengatakan kontroversi
tersebut telah menyebabkan penurunan jumlah pengunjung kuil tersebut, "
Orang-orang datang bersama keluarga mereka dan tidak ingin diganggu oleh
orang jahat ", Ujar SiDin Nasir Khan dengan Plabomoranya
(Hebatnya). Bangunan ini di atas bukit
setinggi 914 meter tidak berdiri sendiri dan kontroversi merugikan bisnis
Daerah perbukitan yang diselingi rumah warga, toko dan restoran yang diukir ke
dalam batu-batu selama bertahun-tahun.
Nasir Khan mengatakan sekitar 4.000 orang, baik umat Hindu maupun umat Muslim, tinggal di sana yang bergantung pada pariwisata untuk mencari nafkah, tetapi itu adalah kondisi yang sulit. Penduduk setempat berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti air layak minum, terutama di kala musim panas yang melelahkan, " Air harus dijatah. Setiap keluarga hanya menerima 10 liter air per hari ", Cakap Besar Ayyub Shaikh, anggota dewan desa setempat.
" Orang yang
berpendidikan tidak akan tinggal di sini; tidak ada hal yang bisa mereka
lakukan " dan " Para politisi hanya ingin bermain-main demi
mendapatkan suara. Tidak ada [politisi[ yang benar-benar peduli dengan apa yang
masyarakat inginkan." Ujar SiDin
pengemudi Tuk-tuk berusia 22 tahun.
Sentimen ini yang digaungkan banyak penduduk setempat, " Hindu dan Muslim telah hidup berdampingan secara harmonis di bukit ini selama berabad-abad ", Cakap Besar SiDin Shaikh dan menambahkan " Kami merayakan festival bersama dan saling membantu pada saat dibutuhkan “ dan " Tidak ada orang lain yang mendukung kita – jadi mengapa kami bertengkar di antara kami sendiri ? ", Ujar SiDin Shaikh menutup Cakapnya.
Pemandangan bukit kuil Haji Malang, Pengunjung harus mendaki sekitar 1.500 anak tangga untuk mencapai kuil Haji Malang.
“ Keyakinan dan Ras sering menjadi keretakan social
di masyarakat “,
S a i d b
y
MThimbITambIMericALegendS@
Komentar
Posting Komentar