PENDAKIAN MOUNT EVEREST SEMAKIN BERBAHAYA DENGAN SEMAKIN BANYAKNYA PENDAKI MENINGGAL KELELAHAN
INFOKOMNOW.COM
byLaSikUAgaY, 27/05/2019
Dua pendaki lain, Kalpana Das (52) dan Nihal Bagwan (27), juga meninggal dunia minggu ini. Keshav Paudel, penyelenggara tur, mengatakan bahwa Bagwan “ terjebak padatnya antrean di gunung lebih dari 12 jam dan kelelahan ”. Lalu ada pendaki asal Amerika Serikat, Donald lynn Cassh, 55 tahun, yang juga tewas pada hari yang sama, " karena sindrom ketinggian setelah menuruni puncak dan tertahan karena antrean yang panjang ", Ujar SiDin biro perjalanan Nepal pioneer Adventure Pvt.Ltd, 24 Mei 2019.
Banyaknya para turis yang mendaki Mount Everest saat ini tak lepaas dari keadaan cuaca cerah selama beberapa hari telah menarik perhatian banyak pendaki yang berharap dapat mencapai puncak setinggi 8.848 tersebut. Foto yang diunggah di Instagram oleh Nirmal Purja, salah satu pendaki memperlihatkan antrean panjang di Gunung Everest yang menurutnya mencapai 320 pendaki yang sedang menunggu kesempatan untuk naik ke puncak.
“ Kemacetan “ di gunung ini menciptakan situasi berbahaya bagi para pendaki yang sudah kelelahan. Mereka juga membawa beban berat sambil melawan penyakit di ketinggian yang dapat menyebabkan pusing dan mual. Gordon Janow, direktur program Alpine Ascents International yang telah mengatur pendakian di Everest selama 30 tahun mengatakan, kepadatan memang sering terjadi dan setiap tahun kondisinya semakin memburuk terlebih jikaa tidak ada pengaturan pembatasan yang layak.
byLaSikUAgaY, 27/05/2019
DjumALegenD@ Pendakian Mount Everest merupakan satu
sensasi bagi para adventure kelas dunia, tak kira ia begitu berbahaya dan sulit
bagi dirinya. Hal inipun tetap dijalani Anjali
Kulkarni, pendaki asal India, ia harus berlatih selama enam tahun untuk
mencapai puncak Gunung Everest yang tertinggi di dunia. Meski akhirnya Ia berhasil menggapai impiannya
tersebut menapaki puncak Mount Everest tapi
sayangnya adventure tersebut telah mengakhiri hidupnya, ketika ia harus pulang melintasi jalan turun Gunung
yang dipenuhi para turis.
Pendaki asal India, Anjali Kulkarni, 55 tahun, meninggal saat perjalanan kembali dari puncak Everest, Rabu 23 Mei 2019. Menurut anaknya, Shantanu Kulkarni, dia terjebak di antrean saat di kamp 4 yang merupakan pos terakhir menuju puncak di ketinggian delapan ribu meter. Anak Anjali Shantanu Kulkarni, mengatakan bahwa ibunya meninggal setelah terjebak “ macet “ di gunung Everest yang dipenuhi turis disepanjang rute pendakian. “ Dia harus menunggu sangat lama untuk sampai puncak dan turun kembali. Anjali tidak bisa bergerak dan akhirnya meninggal di atas sana ”, Ujar SiDin Thupden Sherpa, yang menyelenggarakan tur ke gunung tersebut.
Pendaki asal India, Anjali Kulkarni, 55 tahun, meninggal saat perjalanan kembali dari puncak Everest, Rabu 23 Mei 2019. Menurut anaknya, Shantanu Kulkarni, dia terjebak di antrean saat di kamp 4 yang merupakan pos terakhir menuju puncak di ketinggian delapan ribu meter. Anak Anjali Shantanu Kulkarni, mengatakan bahwa ibunya meninggal setelah terjebak “ macet “ di gunung Everest yang dipenuhi turis disepanjang rute pendakian. “ Dia harus menunggu sangat lama untuk sampai puncak dan turun kembali. Anjali tidak bisa bergerak dan akhirnya meninggal di atas sana ”, Ujar SiDin Thupden Sherpa, yang menyelenggarakan tur ke gunung tersebut.
Dua pendaki lain, Kalpana Das (52) dan Nihal Bagwan (27), juga meninggal dunia minggu ini. Keshav Paudel, penyelenggara tur, mengatakan bahwa Bagwan “ terjebak padatnya antrean di gunung lebih dari 12 jam dan kelelahan ”. Lalu ada pendaki asal Amerika Serikat, Donald lynn Cassh, 55 tahun, yang juga tewas pada hari yang sama, " karena sindrom ketinggian setelah menuruni puncak dan tertahan karena antrean yang panjang ", Ujar SiDin biro perjalanan Nepal pioneer Adventure Pvt.Ltd, 24 Mei 2019.
Banyaknya para turis yang mendaki Mount Everest saat ini tak lepaas dari keadaan cuaca cerah selama beberapa hari telah menarik perhatian banyak pendaki yang berharap dapat mencapai puncak setinggi 8.848 tersebut. Foto yang diunggah di Instagram oleh Nirmal Purja, salah satu pendaki memperlihatkan antrean panjang di Gunung Everest yang menurutnya mencapai 320 pendaki yang sedang menunggu kesempatan untuk naik ke puncak.
“ Kemacetan “ di gunung ini menciptakan situasi berbahaya bagi para pendaki yang sudah kelelahan. Mereka juga membawa beban berat sambil melawan penyakit di ketinggian yang dapat menyebabkan pusing dan mual. Gordon Janow, direktur program Alpine Ascents International yang telah mengatur pendakian di Everest selama 30 tahun mengatakan, kepadatan memang sering terjadi dan setiap tahun kondisinya semakin memburuk terlebih jikaa tidak ada pengaturan pembatasan yang layak.
“ Ketika terjadi kemacetan, Anda mengubah
kecepatan alami sehingga menghabiskan lebih banyak waktu di zona ketinggian.
Ini memerlukan waktu yang lebih lama dibanding pendakian 10-15 tahun lalu ”, Ujar SiDin Gordon Janow. Menurut Janow, salah satu keterampilan paling
penting bagi pemandu yang menemani mereka adalah mengetahui kapan waktu terbaik
untuk mengantar mereka kembali pulang. “ Kami tidak pernah memaksa individu untuk
menggunakan kemampuan maksimalnya saat mencapai puncak. Jika itu dilakukan,
maka tidak akan ada uap atau energi yang tersisa untuk perjalanan turun ”, Ujar SiDin lagi.
Dikutip dari News Australia, kondisi pendakian yang ekstrem dengan suhu 25 derajat celcius awal bulan ini, para pembersih sampah dari Gunung Everest telah menemukan empat mayat yang terkubur di antara sampah yang dibuang di gunung. Gunung Everest secara tragis telah merenggut nyawa sekitar 300 pendaki sejak upaya pertama untuk mencapai puncak pada 1921 mulai digeruni para adventupre, diperkirakan dua pertiga dari para pendaki yang gugur tetap terkubur di salju dan es Gunung Everest sebagai mana laporan awal tahun.
Dikutip dari News Australia, kondisi pendakian yang ekstrem dengan suhu 25 derajat celcius awal bulan ini, para pembersih sampah dari Gunung Everest telah menemukan empat mayat yang terkubur di antara sampah yang dibuang di gunung. Gunung Everest secara tragis telah merenggut nyawa sekitar 300 pendaki sejak upaya pertama untuk mencapai puncak pada 1921 mulai digeruni para adventupre, diperkirakan dua pertiga dari para pendaki yang gugur tetap terkubur di salju dan es Gunung Everest sebagai mana laporan awal tahun.
“ KEMATANGAN BATHIN TAK LEPAS KEKAYAAN
PENGALAMAN & ILMU “
Said by
DjumALegenD@
Komentar
Posting Komentar