SEKELUMIT SUKU KALASH PAKISTAN, BEBASKAN WANITANYA KAWIN LARI DAN CERAI.

 INFOKOMNOW.COM                                                                                                        byBakuINunukaN,                               Selasa,  24    N o v e m b e r    2020

 

 

AmpAUlenGLegendS@       Chawmos satu festival keberuntungan suku Kalash di Negara Pakistan, yang diselenggarakan setiap bulan Desember selama satu bulan penuh,  suku Kalash populasinyaa di Pakistan sekitar 4.114 orang dan menetap tersebar di tiga lembah yaitu lembah Bumburet, Rumbur dan Birir.     Selama festival Chawmos berlangsung banyak perempuan muda yang kawin lari bersama kekasihnya,   “ Tradisi kawin lari sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Tidak ada yang salah sama sekali dengan kami  ”,   Ujar SiGaluh Bibi.

Perempuan 22 tahun yang duduk di atas haynak, bangku kecil yang terbuat dari kayu dan kulit sapi, tampak sibuk merangkai kalung manik-manik yang akan dikenakannya selama festival musim dingin Chawmos bulan depan bersama suaminya Rustam.  Hazar Bibi kawin lari dengan Rustam, tentara angkatan darat Pakistan, pada festival Chawmos enam tahun lalu dan kini suaminya bertugas di distrik Swat 85 km jauh dari tempatnya di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

  Saya masih 16 tahun dan Rustam sudah 30 tahun ketika kami menikah  ”,  Ujar SiGaluh Bibi pada media  VICE News,    Ayahku tidak menyetujui hubungan kami karena Rustam jauh lebih tua. Makanya saya kabur ke rumah Rustam selama Chawmos  ”.   Anggota keluarga Rustam yang perempuan menyambut kedatangan Bibi dengan tepung dan kalung manik-manik,  tradisi inilah yang mengukuhkan pernikahan mereka dan  para tamu undangan dijamu dengan goom tasili (roti gandum tipis) dan chamani (keju cottage).

Pakistan adalah negara paling berbahaya keenam bagi perempuan dan menduduki peringkat dua terbawah dalam indeks kesetaraan gender. Namun, suku Kalash percaya bahwa perempuan berhak hidup atas pilihannya sendiri tanpa batasan,  kelompok minoritas ini menetapkan kesetaraan gender di negara yang konservatif.   Sebenarnya, “  Lelaki di sini tidak membatasi perempuan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan  ”,   Ujar SiGaluh Reshma Kalash, mahasiswi S1 berusia 21,   Sang ayah membebaskan Reshma untuk menjalani hidupnya sendiri,     Ayah selalu mengizinkan saya untuk mengambil keputusan sendiri  ”,   Ujar SiGaluh menambahkan curitanya.

Warna s’us’utr (hiasan kepala tradisional berornamen cangkang cowrie) yang akan dipakai perempuan dipilih berdasarkan warna kehidupan mereka — merah, kuning, oranye atau hijau. Mereka bebas berinteraksi dan menari bersama laki-laki selama festival musiman seperti Ucaw, Zhoshi, Pu'n’ dan Chawmos. Para pemudi, beberapa di antaranya masih 17 tahun, begadang untuk minum-minum D’a atau anggur yang mereka racik sendiri.

Dia mengungkapkan sebagian besar lelaki seumuran ayahnya bukanlah orang terpelajar, mereka mencukupi kebutuhan hanya dengan bertani dan beternak saja. Walaupun begitu, mereka ingin agar anak-anaknya  baik laki-laki maupun perempuan, dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin dan kini banyak perempuan Kalash pada generasi sekarang yang berprofesi sebagai guru, perawat dan dokter.   Bibi baru menyelesaikan sidang skripsi di sebuah universitas negeri,     Saya kuliah jurusan komputer biar bisa dapat pekerjaan bagus  ”,  Ujarnya Laji.

Gaya hidup perempuan Kalash yang bebas membuat banyak orang luar penasaran. Mereka bagaikan pemandangan tidak biasa di provinsi yang mencatat 900 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan sepanjang 2015-2019. Tahun lalu, pejabat Khyber Pakhtunkhwa memerintahkan semua siswi sekolah negeri untuk mengenakan abaya. Peraturannya langsung dicabut begitu menuai kecaman di media sosial.

Sebagian perempuan yang berasal dari masyarakat politeis ini menjadi mualaf begitu menikahi lelaki Muslim di Bumburet — lelakinya bisa jadi wisatawan, bisa juga penduduk Bumburet. Tujuannya supaya mereka bisa memiliki kehidupan lebih baik. Beberapa diduga dipaksa menganut ajaran Islam oleh lelaki Muslim yang jumlahnya semakin banyak di wilayah tersebut. Pernikahan beda agama menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh komunitas yang jumlah populasinya kian menipis.

Perempuan Kalash yang menikah  sesama anggota suku diberi kebebasan untuk bercerai, meskipun dengan mas kawin.   Calon suami kedua harus memberikan sejumlah uang tunai dan hadiah kepada suami pertama sebelum menikahi perempuan yang telah bercerai.  Akan tetapi, hadiahnya harus dua kali lipat lebih besar dari mahar yang diserahkan suami pertama ketika menikahi mereka.

  Perempuan minta cerai adalah hal tabu di daerah lain. Kalau di sini sudah jadi hal yang wajar  ”,  Ujar SiGaluh Shamil Kalash, 26 tahun.     Kami tidak mau pemerintah Pakistan memaksakan undang-undang yang membatasi kebebasan perempuan komunitas kami yang telah diturunkan dari generasi ke generasi  ”,   Ujarnya melanjutkan,  karna akan membatasi kebebasan wanita Kalash kawin dan bercorai.

  Banyak temanku kawin lari dengan laki-laki Muslim, tapi pernikahan mereka hancur karena perempuan Kalash tidak dapat menyesuaikan diri dengan keluarga Muslim konservatif.  Kebebasan mereka hilang setelah menikahi orang Islam  ”,  Sabah Kalash, 20 tahun, menjelaskan.     Banyak dari mereka yang pulang ke kampung halaman setelah mengalami KDRT  ”.

 

 

 

  Biasanya suatu budaya dipahami mendasar oleh kaumnya sehingga akan berjalan sesuai bagi mereka  “,  

Said by AmpAUlenGLegendS@

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OLIMPIADE KE-33 PARIS 2024 DENGAN BIAYA Rp 133,22 TRILIUN, DAN JIN BTS PEMBAWA OBOR.

PANAS PEMILU TURKI !! OPOSISI MENANG - ERDOGAN KALAH, BENTROKAN SENJATA

SEJARAH ROMANTIS AWAL TERCIPTANYA BECAK DAN HADIRNYA DI INDONESIA