KEMATIAN AKTIVIS LGBT PERU , MENJADI PERTANYAAN MEDIA HARVARD DAN TUNTUTAN KELUARGANYA
INFORMASINOW.COM
byGreaTBritteN, J
u m , a t,
2 6 A g u
s t u s 2 0 2 2
Rodrigo Ventocilla Ventosilla warga Peru mata di tahan Bali |
BasruLDatUMabusunGLegendS@Universitas Harvard telah merilis pemberitaan yang
mempertanyakan kematian aktivis gender asal Peru, Rodrigo Ventocilla Ventosilla,
usai ditahan polisi di Bali, sebagaimana aktivis kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender
(LGBT) di Peru menggelar aksi memprotes respons pemerintahnya menangani
kematian seorang mahasiswa Harvard transgender di Bali, Indonesia. The Harvard Crimson menuliskan, Ventosilla
diduga mengalami penganiayaan dan diskriminasi oleh kepolisian Bali, "
Keluarga menuding bahwa
Ventosilla ditangkap karena 'tindakan diskriminasi rasial dan transfobia ",
Ujar Bunyi laporan The Harvard Crimson, Rabu (26/08/2022).
Diketahui pria bernama Rodrigo Ventosila merupakan warga Peru yang tengah mengemban
studi pascasarjana di Universitas Harvard dan aktivis hak-hak transgender dinyatakan meninggal dunia di Bali karena
"kegagalan fungsi tubuh" beberapa hari setelah ditahan atas dugaan
kepemilikan ganja. " Kami menolak dan mengutuk pernyataan
kementerian luar negeri Peru
", Ujar SiDin aktivis LGBT
Luz Manriquez pada protes kecil di Lima.
Sebagaimana pernyataan Kemlu Peru bahwa Ventosilla ditahan atas kepemilikan
obat terlarang, sebuah tindakan kriminal yang sangat serius di Indonesia dan penahanan
Rodrigo Ventosilla di Bali bukan karena identitasnya sebagai
transgender. Namun, Kemlu Peru tidak mengonfirmasi bahwa pria itu tewas ketika
dalam penahanan polisi. Manriquez
mengatakan pernyataan Kemlu Peru itu bias karena mengadopsi posisi Indonesia
dan tanpa menuntut penyelidikan lebih lanjut,
" Itu tidak memiliki empati karena tidak
mengakui bahwa seorang Peru tewas di tangan polisi dari negara lain ",
Ujar SiDin Manriquez dengan Plabomoranya (hebatnya).
Keluarganya juga menilai mahasiswa Harvard itu menjadi
sasaran kekerasan polisi Indonesia dan hak-haknya pun dirampas, pihak keluarga dalam pernyataan resminya meminta keadilan untuk Ventosilla dan pasangannya,
Marallano Sebastian. " [Kami meminta] sistem peradilan Peru
menyelidiki dengan benar pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rodrigo dan
Sebastian untuk menjamin kebenaran, keadilan, dan perbaikan ", Ujar
Bunyi pernyataan resmi keluarga.
Keluarganya pun menambahkan bahwa polisi di Bali
melakukan pemerasan terhadap Ventosilla dan Sebastian dengan meminta uang sekitar Rp2,9
miliar. Sementara itu, Kepolisian
Daerah Bali membantah tuduhan penyiksaan, penculikan, dan pemerasan terhadap
Ventosilla. " Tidak benar dan tidak ada. Bapak Kapolda
juga menyampaikan, untuk menyampaikan ketidakbenaran itu ",
Ujar Kabid Humas Polda Bali, Stefanus Satake Bayu Setianto, kepada CNN,
Kamis (25/08/2022).
Stefanus lebih lanjut menegaskan bahwa tuduhan yang diarahkan ke pihaknya berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) luar negeri dan menyatakan Ventosilla sudah mengalami sakit dan mual-mual setelah diserahkan dari bagian imigrasi. " Yang bersangkutan diserahkan Bea Cukai ke Polda Bali, dan malamnya dia mual-mual dan muntah-muntah, terus dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara dan dirujuk ke RSUP Sanglah, dan meninggal dunia ", Ujar SiDin Stefanus dengan Plabomoranya (hebatnya), menanggapi
Harvard Univ. mempertanyakan kematian Rodrigo Ventocilla Ventosilla mahasiswanya di Bali |
Keluarga Ventosilla menghubungi Kementerian Luar Negeri Peru
untuk memberi tahu bahwa Kekonsuleran Peru di RI lalai akan tugas mereka
dam meminta penyelidikan terhadap kepala
layanan konsuler Kedutaan Besar Peru di Jakarta. "
Bagaimanapun tuntutan kami untuk keadilan dan kebenaran juga menuntut
peningkatan kualitas layanan bantuan kepada sesama warga negara kita di luar
negeri tanpa preferensi kelas, jenis kelamin, etnis, atau yang lain ".
“ Klarifikasi adalah usaha untuk menemukan
fakta kejadian dan keadilan sejati “,
S a
i d b
y
BasruLDatUMabusunGLegendS@
Komentar
Posting Komentar