SEJARAH KONFLIK ISRAEL - PALESTINA TAK ADA HENTINYA, HINGGA AWAL SEJARAH BANGSA KANAAN

INFORMASINOW.COM

byLaCappotttA,      R   a   b   u,    0   3     J   a   n   u   a   r   i     2   0   2   3  



Perempuan membawa bendera Palestina saat unjuk rasa
di Istanbul, Turki, Minggu (22/10/20223).

HaryonOGurUKeciLLegendS@   di Gaza yang merupakan Perang Israel dan Palestina  tak kunjung berakhir,  saat ini perang terbaru pecah kala Hamas menyerang Israel 7 Oktober dan dibalas Negeri Yahudi dengan serangan udara membombardir pemukiman Palestina dan Perang Israel-Hamas kini hari ke-20.  merupakan perang paling mematikan di antara lima perang mereka di Gaza.   Kementerian Kesehatan Palestina  Minggu 22/10,  jumlah korban tewas di Gaza  mencapai sedikitnya 4.651 orang dam 14.254 orang  terluka,   Kementerian juga mengatakan 93 warga Palestina pun tewas dalam kekerasan dan serangan Israel di wilayah Palestina lain, Tepi Barat.

Namun sebenarnya, bagaimana konflik bisa terjadi  ?.   Berikut rangkuman sejarah dan bagaimana kronologi  : 

Awal Mula Konflik

Tepat tanggal 2 November 1917 atau limpas 100 tahun lalu,  ketika Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour, menulis surat yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris yang berisi  67 kata  isinya memberikan dampak terhadap Palestina yang masih terasa hingga saat ini.   Surat tersebut mengikat pemerintah Inggris untuk  "mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina"  dan memfasilitasi  "pencapaian tujuan ini",   Surat tersebut dikenal dengan DEKLARASI BALFOUR.

Bermakna bahwa kekuatan Eropa menjanjikan gerakan Zionis sebuah negara di wilayah yang 90% penduduknya adalah penduduk asli Arab Palestina,  Mandat Inggris pun dibentuk pada 1923 dan berlangsung hingga 1948.   Selama periode tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi sehingga terjadi gelombang besar-besaran kedatangan Yahudi ke daerah Palestina  pasca gerakan Nazi di Eropa.  Terdadi perlawanan warga Palestina yang  khawatir akan  perubahan demografi negara mereka dan penyitaan tanah mereka oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi.

Kekerasan yang Meningkat

Ketegangan akhirnya melahirkan Pemberontakan Arab  pada tahun 1936 hingga 1939.   Pada April 1936, Komite Nasional Arab meminta warga Palestina melancarkan pemogokan umum  serta menahan pembayaran pajak dan memboikot produk-produk Yahudi sebagai  protes atas kolonialisme Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi.   Pemogokan selama enam bulan tersebut ditindas secara brutal oleh Inggris dengan melancarkan kampanye penangkapan massal dan  penghancuran rumah,  hingga kini praktik  ini terus diterapkan Israel terhadap warga Palestina.

Akhir 1937 fase KEDUA  dipimpin  gerakan perlawanan petani Palestina tujuannya kekuatan Inggris dan kolonialisme.  Paruh kedua tahun 1939, Inggris telah mengerahkan 30.000 tentara di Palestina,   desa-desa dibom melalui udara, jam malam diberlakukan, rumah-rumah dihancurkan  dan penahanan administratif serta pembunuhan massal tersebar luas.   Bersamaan dengan itu, Inggris berkolaborasi dengan komunitas pemukim Yahudi dan membentuk kelompok bersenjata dan  "pasukan kontra pemberontakan"  terdiri dari para pejuang Yahudi bernama Pasukan Malam Khusus dipimpin Inggris.

Di dalam Yishuv, komunitas pemukim pra-negara, senjata diimpor secara diam-diam dan pabrik senjata didirikan untuk memperluas Haganah, paramiliter Yahudi yang kemudian menjadi inti tentara Israel.  Dalam tiga tahun pemberontakan tersebut, 5.000 warga Palestina terbunuh. Sebanyak 15.000 hingga 20.000 orang terluka dan 5.600 orang dipenjarakan. 

PBB Turun

Pada 1947, populasi Yahudi telah membengkak mendadi 33% di Palestina, namun mereka hanya memiliki 6% lahan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian mengadopsi Resolusi 181, yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi.  Palestina menolak rencana tersebut karena rencana tersebut memberikan sekitar 56% wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur. Pada saat itu, warga Palestina memiliki 94% wilayah bersejarah dan mencakup 67% populasinya.

Warga Israel dan bendera Bintang Daud dlm aksi protes terhadap
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, beberapa waktu lalu

Nakba

Sebelum Mandat Kekuasaan Inggris berakhir 14 Mei 1948, paramiliter Israel sudah memulai operasi militer  menghancurkan kota  dan desa  Palestina guna memperluas perbatasan Israel yang akan lahir.   Pada April 1948  lebih 100 pria, wanita dan anak-anak Palestina dibunuh di desa Deir Yassin di pinggiran Yerusalem,  jalan operasi selanjutnya  dari tahun 1947 hingga 1949  lebih  dari 500 desa, kota kecil dan besar di Palestina dihancurkan dalam apa yang  orang Palestina sebut sebagai Nakba  atau "bencana" dalam bahasa Arab.

Dalam trajodi ini 15.000 warga Palestina terbunuh  termasuk dalam puluhan pembantaian,  insiden ini membuat Gerakan Zionis menguasai 78% wilayah bersejarah Palestina. Sisanya sebesar 22% dibagi menjadi wilayah Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung.   750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka  dan saat ini keturunan mereka hidup sebagai 6 juta pengungsi di 58 kamp pengungsi di seluruh Palestina dan di negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, Yordania dan Mesir.

Pada 15 Mei 1948, Israel mengumumkan pendiriannya. Keesokan harinya, perang Arab-Israel pertama dimulai dan pertempuran berakhir pada Januari 1949 setelah gencatan senjata antara Israel dan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah.   Desember 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 194. Ini menyerukan hak untuk kembali bagi pengungsi Palestina, setidaknya 150.000 warga Palestina tetap tinggal di negara Israel yang baru dibentuk dan hidup di bawah pendudukan militer yang dikontrol ketat selama hampir 20 tahun sebelum mereka akhirnya diberikan kewarganegaraan Israel.

Pasca Nakba

Mesir mengambil alih Jalur Gaza dan pada tahun 1950, Yordania memulai pemerintahan administratifnya atas Tepi Barat.   Tahun 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibentuk, dan setahun kemudian, partai politik Fatah didirikan.   Pada 5 Juni 1967, Israel menduduki sisa wilayah bersejarah Palestina, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir selama Perang 6 Hari melawan koalisi tentara Arab.  Bagi sebagian warga Palestina, hal ini menyebabkan perpindahan paksa kedua atau Naksa, yang berarti "kemunduran" dalam bahasa Arab.

Perang 6 Hari

Pada Desember 1967, Front Populer Marxis-Leninis untuk Pembebasan Palestina dibentuk,  selama dekade berikutnya, serangkaian serangan dan pembajakan pesawat oleh kelompok sayap kiri menarik perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina.   Pembangunan pemukiman dimulai di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki,  sistem dua tingkat diciptakan di mana pemukim Yahudi diberikan semua hak dan keistimewaan sebagai warga negara Israel sedangkan warga Palestina harus hidup di bawah pendudukan militer yang mendiskriminasi mereka dan melarang segala bentuk ekspresi politik atau sipil.

Intifada Pertama

Intifada atau  perlawanan Bahasa Arab dilakukan Palestina pertama kali di Jalur Gaza  Desember 1987,  terjadi setelah empat warga Palestina tewas ketika sebuah truk Israel bertabrakan dengan dua van yang membawa pekerja Palestina.  Protes menyebar dengan cepat ke Tepi Barat dengan pemuda Palestina melemparkan batu ke tank dan tentara Israel.   Hal ini juga menyebabkan berdirinya gerakan Hamas, sebuah cabang dari Ikhwanul Muslimin yang terlibat dalam perlawanan bersenjata melawan pendudukan Israel.

Respons keras tentara Israel dirangkum dalam kebijakan "Patah Tulang Mereka" yang dianjurkan oleh Menteri Pertahanan Yitzhak Rabin  mencakup pembunuhan mendadak, penutupan universitas, deportasi aktivis dan penghancuran rumah.   Intifada dilakukan  kaum muda dan diarahkan Kepemimpinan Nasional Terpadu Pemberontakan, sebuah koalisi faksi politik Palestina yang berkomitmen  mengakhiri pendudukan Israel dan membangun kemerdekaan Palestina.   Menurut organisasi hak asasi manusia Israel B'Tselem, 1.070 warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel selama Intifada, termasuk 237 anak-anak. Lebih dari 175.000 warga Palestina ditangkap.

Perjanjian Oslo

Intifada berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Oslo tahun 1993 dan pembentukan Otoritas Palestina (PA), sebuah pemerintahan sementara, pemerintahan mandiri terbatas di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza.  PLO mengakui Israel berdasarkan solusi dua negara dan secara efektif menandatangani perjanjian yang memberi Israel kendali atas 60% Tepi Barat, serta sebagian besar sumber daya tanah dan air di wilayah tersebut.   PA seharusnya memberi jalan bagi pemerintah Palestina terpilih pertama yang menjalankan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, namun hal itu tidak pernah terjadi.

Intifada Kedua

Kritik terhadap PA memandangnya sebagai subkontraktor korup bagi pendudukan Israel yang bekerja sama erat dengan militer Tel Aviv dalam menekan perbedaan pendapat dan aktivisme politik. Pada tahun 1995, Israel membangun pagar elektronik dan tembok beton di sekitar Jalur Gaza, menghentikan interaksi antara wilayah Palestina yang terpecah.    Intifada kedua dimulai  28  09  2000, ketika pemimpin oposisi Partai Likud Israel, Ariel Sharon, melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al Aqsa. Saat itu, ribuan pasukan keamanan dikerahkan di dalam dan sekitar Kota Tua Yerusalem.

Bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina dan pasukan Israel menewaskan lima warga Palestina dan melukai 200 orang selama dua hari,  insiden ini memicu pemberontakan bersenjata yang meluas.   Selama Intifada,  Israel menyebabkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perekonomian dan infrastruktur Palestina. Israel menduduki kembali wilayah yang diperintah oleh PA dan pembangunan tembok pemisah  dengan maraknya pembangunan pemukiman, menghancurkan mata pencaharian dan komunitas warga Palestina.

Pemukim Yahudi pun juga mulai bermukim secara ilegal di wilayah itu sehingga ruang bagi warga Palestina semakin menyusut karena jalan-jalan dan infrastruktur yang hanya diperuntukkan bagi pemukim Yahudi ilegal itu.   Pada saat Perjanjian Oslo ditandatangani, lebih dari 110.000 pemukim Yahudi tinggal di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Saat ini, jumlahnya mencapai lebih dari 700.000 orang di lebih dari 100.000 hektar tanah yang diambil alih dari Palestina.

Perang Saudara

Pemimpin PLO Yasser Arafat meninggal pada tahun 2004. Setahun kemudian, Intifada kedua berakhir, permukiman Israel di Jalur Gaza dibongkar, dan tentara Israel serta 9.000 pemukim meninggalkan daerah kantong tersebut.   Setahun kemudian, warga Palestina memberikan suara dalam pemilihan umum pertama kalinya. Hamas memenangkan mayoritas,  namun pecah perang saudara Fatah-Hamas yang berlangsung berbulan-bulan dan mengakibatkan kematian ratusan warga Palestina. 

Serangan Israel ke Gaza

Israel telah melancarkan empat serangan militer berkepanjangan di Gaza yakni di tahun 2008, 2012, 2014 dan 2021,  ribuan warga Palestina  terbunuh  dan puluhan ribu rumah, sekolah  dan gedung perkantoran telah hancur.  Pembangunan kembali hampir mustahil dilakukan karena pengepungan tersebut menghalangi material konstruksi untuk  mencapai Gaza.  Pada 2014, dalam kurun waktu 50 hari, Israel membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 warga sipil dan hampir 500 anak-anak..

Tanah Kanaan

Sementara itu, perang memuat kembali munculnya asal usul Tanah Kanaan,  merupakan negara kuno yang memiliki luas wilayah besar, meliputi Lebanon, Suriah, Yordania dan Palestina yang di dalamnya termasuk Jalur Gaza dan Tepi Barat.  Britannica mendefinisikannya sebagai wilayah Levant atau Syam dan  Alkitab menyinggung Tanah Kanaan sebagai  "tanah perjanjian yang diberikan Tuhan kepada Abraham dan keturunannya".   Tanah ini memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan di perbincangan sebelum masa masehi (SM). Penamaan Tanah Kanaan, pertama kali muncul di sumber-sumber sejarah Peradaban Mesopotamia bertarikh dari abad ke-18 SM.

Di sumber prasasti tertulis itu, Kanaan berarti "ungu kemerahan",  ini merujuk pada daerah tersebut menjadi penghasil warna ungu.  Di masa pra-aksara, Tanah Kanaan pun sudah ditempati oleh manusia purba jenis Cro-Magnon dan Neanderthal yang hidup di zaman Paleolitikum atau (8.000 SM - 3.000 SM),  mereka melakukan aktivitas biasa sesuai perkembangan otaknya, yakni bertani dan membentuk permukiman.   Mulai dari zaman besi dan perunggu, Tanah Kanaan selalu dihuni oleh manusia. Soal penduduk asli Tanah Kanaan disebut juga sebagai orang Kanaan.

Mereka adalah keturunan bangsa Semit yang tinggal dalam kurun 2.000 SM - 1.700 SM,  dikenal  juga sebagai orang Amori menjadi penduduk mayoritas di tanah itu. Mereka kerap bermigrasi ke Barat (kini Mesir) lalu ke Timur (Jazirah Arab).  Namun, di akhir Zaman Perunggu (1.550 - 1.200 SM), terjadi perubahan di Tanah Kanaan usai bangsa Mesir memasuki kawasan dan mereka merebut desa-desa orang Kanaan dan mengusir mereka.  Ketika terjadi pengusiran inilah, terjadi kebangkitan peradaban. Terkait ini, banyak sejarawan berpendapat inilah awal mula peradaban Israel yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Yehuda dan Israel.

Setelahnya Tanah Kanaan pun semakin ramai dihuni oleh bangsa lain yang sama-sama rukun. Lalu, apakah masih ada keturunan Kanaan  di masa kini  ?.   Menurut para peneliti, mengutip American Journal of Human Genetics, DNA orang Kanaan, yang diambil dari jejak DNA penduduk Kanaan berusia 3.700 tahun, memiliki kecocokan dengan DNA penduduk Lebanon masa kini.

Korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza 

melonhjak menjadi 84 orang,  mei 2021


  Bangsa Yahudi bangsa tua dan tersebar di muka Bumi  hingga Amerika  “, 

S      a      i      d        b       y           HaryonOGurUKeciLLegendS@

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OLIMPIADE KE-33 PARIS 2024 DENGAN BIAYA Rp 133,22 TRILIUN, DAN JIN BTS PEMBAWA OBOR.

PANAS PEMILU TURKI !! OPOSISI MENANG - ERDOGAN KALAH, BENTROKAN SENJATA

SEJARAH ROMANTIS AWAL TERCIPTANYA BECAK DAN HADIRNYA DI INDONESIA