SEJARAH KONFLIK ISRAEL - PALESTINA TAK ADA HENTINYA, HINGGA AWAL SEJARAH BANGSA KANAAN
INFORMASINOW.COM
byLaCappotttA, R a b u, 0 3 J a n u a r i 2 0 2 3
Perempuan membawa bendera Palestina saat unjuk rasa
di Istanbul, Turki, Minggu (22/10/20223).
Namun sebenarnya, bagaimana konflik bisa terjadi ?. Berikut rangkuman sejarah dan bagaimana kronologi :
Awal
Mula Konflik
Tepat
tanggal 2 November 1917 atau limpas 100 tahun lalu, ketika Menteri Luar Negeri Inggris Arthur
Balfour, menulis surat yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang
tokoh komunitas Yahudi Inggris yang berisi
67 kata isinya memberikan dampak
terhadap Palestina yang masih terasa hingga saat ini. Surat tersebut mengikat pemerintah Inggris
untuk "mendirikan rumah nasional
bagi orang-orang Yahudi di Palestina" dan memfasilitasi "pencapaian tujuan ini", Surat
tersebut dikenal dengan DEKLARASI BALFOUR.
Bermakna
bahwa kekuatan Eropa menjanjikan gerakan Zionis sebuah negara di wilayah yang
90% penduduknya adalah penduduk asli Arab Palestina, Mandat Inggris pun dibentuk pada 1923 dan
berlangsung hingga 1948. Selama periode
tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi sehingga terjadi
gelombang besar-besaran kedatangan Yahudi ke daerah Palestina pasca gerakan Nazi di Eropa. Terdadi perlawanan warga Palestina yang khawatir akan perubahan demografi negara mereka dan
penyitaan tanah mereka oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi.
Kekerasan
yang Meningkat
Ketegangan
akhirnya melahirkan Pemberontakan Arab
pada tahun 1936 hingga 1939. Pada
April 1936, Komite Nasional Arab meminta warga Palestina melancarkan pemogokan
umum serta menahan pembayaran pajak dan
memboikot produk-produk Yahudi sebagai protes
atas kolonialisme Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi. Pemogokan selama enam bulan tersebut
ditindas secara brutal oleh Inggris dengan melancarkan kampanye penangkapan massal
dan penghancuran rumah, hingga kini praktik ini terus diterapkan Israel terhadap warga
Palestina.
Akhir
1937 fase KEDUA dipimpin gerakan perlawanan petani Palestina tujuannya
kekuatan Inggris dan kolonialisme. Paruh
kedua tahun 1939, Inggris telah mengerahkan 30.000 tentara di Palestina, desa-desa dibom melalui udara, jam malam
diberlakukan, rumah-rumah dihancurkan dan penahanan administratif serta pembunuhan
massal tersebar luas. Bersamaan dengan
itu, Inggris berkolaborasi dengan komunitas pemukim Yahudi dan membentuk
kelompok bersenjata dan "pasukan
kontra pemberontakan" terdiri dari
para pejuang Yahudi bernama Pasukan Malam Khusus dipimpin Inggris.
Di
dalam Yishuv, komunitas pemukim pra-negara, senjata diimpor secara diam-diam
dan pabrik senjata didirikan untuk memperluas Haganah, paramiliter Yahudi yang
kemudian menjadi inti tentara Israel. Dalam
tiga tahun pemberontakan tersebut, 5.000 warga Palestina terbunuh. Sebanyak
15.000 hingga 20.000 orang terluka dan 5.600 orang dipenjarakan.
PBB
Turun
Pada
1947, populasi Yahudi telah membengkak mendadi 33% di Palestina, namun mereka
hanya memiliki 6% lahan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian mengadopsi
Resolusi 181, yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab
dan Yahudi. Palestina menolak rencana
tersebut karena rencana tersebut memberikan sekitar 56% wilayah Palestina
kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur. Pada
saat itu, warga Palestina memiliki 94% wilayah bersejarah dan mencakup 67%
populasinya.
Warga Israel dan bendera Bintang Daud dlm
aksi protes terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, beberapa waktu lalu |
Nakba
Sebelum
Mandat Kekuasaan Inggris berakhir 14 Mei 1948, paramiliter Israel sudah memulai
operasi militer menghancurkan kota dan desa Palestina guna memperluas perbatasan Israel
yang akan lahir. Pada April 1948 lebih 100 pria, wanita dan anak-anak
Palestina dibunuh di desa Deir Yassin di pinggiran Yerusalem, jalan operasi selanjutnya dari tahun 1947 hingga 1949 lebih dari
500 desa, kota kecil dan besar di Palestina dihancurkan dalam apa yang orang Palestina sebut sebagai Nakba atau "bencana" dalam bahasa Arab.
Dalam
trajodi ini 15.000 warga Palestina terbunuh termasuk dalam puluhan pembantaian, insiden ini membuat Gerakan Zionis menguasai
78% wilayah bersejarah Palestina. Sisanya sebesar 22% dibagi menjadi wilayah
Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung. 750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan
rumah mereka dan saat ini keturunan
mereka hidup sebagai 6 juta pengungsi di 58 kamp pengungsi di seluruh Palestina
dan di negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, Yordania dan Mesir.
Pada
15 Mei 1948, Israel mengumumkan pendiriannya. Keesokan harinya, perang
Arab-Israel pertama dimulai dan pertempuran berakhir pada Januari 1949 setelah
gencatan senjata antara Israel dan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah. Desember
1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 194. Ini menyerukan hak untuk kembali
bagi pengungsi Palestina, setidaknya 150.000 warga Palestina tetap tinggal di
negara Israel yang baru dibentuk dan hidup di bawah pendudukan militer yang
dikontrol ketat selama hampir 20 tahun sebelum mereka akhirnya diberikan
kewarganegaraan Israel.
Pasca
Nakba
Mesir
mengambil alih Jalur Gaza dan pada tahun 1950, Yordania memulai pemerintahan
administratifnya atas Tepi Barat. Tahun
1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibentuk, dan setahun kemudian,
partai politik Fatah didirikan. Pada 5
Juni 1967, Israel menduduki sisa wilayah bersejarah Palestina, termasuk Jalur
Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung
Sinai Mesir selama Perang 6 Hari melawan koalisi tentara Arab. Bagi sebagian warga Palestina, hal ini
menyebabkan perpindahan paksa kedua atau Naksa, yang berarti "kemunduran"
dalam bahasa Arab.
Perang
6 Hari
Pada
Desember 1967, Front Populer Marxis-Leninis untuk Pembebasan Palestina
dibentuk, selama dekade berikutnya,
serangkaian serangan dan pembajakan pesawat oleh kelompok sayap kiri menarik
perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina. Pembangunan pemukiman dimulai di Tepi Barat
dan Jalur Gaza yang diduduki, sistem dua
tingkat diciptakan di mana pemukim Yahudi diberikan semua hak dan keistimewaan
sebagai warga negara Israel sedangkan warga Palestina harus hidup di bawah
pendudukan militer yang mendiskriminasi mereka dan melarang segala bentuk
ekspresi politik atau sipil.
Intifada
Pertama
Intifada
atau perlawanan Bahasa Arab dilakukan
Palestina pertama kali di Jalur Gaza Desember 1987,
terjadi setelah empat warga Palestina tewas ketika sebuah truk Israel
bertabrakan dengan dua van yang membawa pekerja Palestina. Protes menyebar dengan cepat ke Tepi Barat
dengan pemuda Palestina melemparkan batu ke tank dan tentara Israel. Hal
ini juga menyebabkan berdirinya gerakan Hamas, sebuah cabang dari Ikhwanul
Muslimin yang terlibat dalam perlawanan bersenjata melawan pendudukan Israel.
Respons
keras tentara Israel dirangkum dalam kebijakan "Patah Tulang Mereka"
yang dianjurkan oleh Menteri Pertahanan Yitzhak Rabin mencakup pembunuhan mendadak, penutupan
universitas, deportasi aktivis dan penghancuran rumah. Intifada dilakukan kaum muda dan diarahkan Kepemimpinan Nasional
Terpadu Pemberontakan, sebuah koalisi faksi politik Palestina yang berkomitmen mengakhiri pendudukan Israel dan membangun kemerdekaan
Palestina. Menurut organisasi hak asasi
manusia Israel B'Tselem, 1.070 warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel
selama Intifada, termasuk 237 anak-anak. Lebih dari 175.000 warga Palestina
ditangkap.
Perjanjian
Oslo
Intifada
berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Oslo tahun 1993 dan pembentukan
Otoritas Palestina (PA), sebuah pemerintahan sementara, pemerintahan mandiri
terbatas di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza. PLO mengakui Israel berdasarkan solusi dua
negara dan secara efektif menandatangani perjanjian yang memberi Israel kendali
atas 60% Tepi Barat, serta sebagian besar sumber daya tanah dan air di wilayah
tersebut. PA seharusnya memberi jalan
bagi pemerintah Palestina terpilih pertama yang menjalankan negara merdeka di
Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, namun hal itu
tidak pernah terjadi.
Intifada
Kedua
Kritik
terhadap PA memandangnya sebagai subkontraktor korup bagi pendudukan Israel
yang bekerja sama erat dengan militer Tel Aviv dalam menekan perbedaan pendapat
dan aktivisme politik. Pada tahun 1995, Israel membangun pagar elektronik dan
tembok beton di sekitar Jalur Gaza, menghentikan interaksi antara wilayah
Palestina yang terpecah. Intifada
kedua dimulai 28 09 2000, ketika pemimpin oposisi Partai Likud
Israel, Ariel Sharon, melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al
Aqsa. Saat itu, ribuan pasukan keamanan dikerahkan di dalam dan sekitar Kota
Tua Yerusalem.
Bentrokan
antara pengunjuk rasa Palestina dan pasukan Israel menewaskan lima warga
Palestina dan melukai 200 orang selama dua hari, insiden ini memicu pemberontakan bersenjata
yang meluas. Selama Intifada, Israel menyebabkan kerusakan yang belum pernah
terjadi sebelumnya terhadap perekonomian dan infrastruktur Palestina. Israel
menduduki kembali wilayah yang diperintah oleh PA dan pembangunan tembok pemisah
dengan maraknya pembangunan pemukiman,
menghancurkan mata pencaharian dan komunitas warga Palestina.
Pemukim
Yahudi pun juga mulai bermukim secara ilegal di wilayah itu sehingga ruang bagi
warga Palestina semakin menyusut karena jalan-jalan dan infrastruktur yang
hanya diperuntukkan bagi pemukim Yahudi ilegal itu. Pada saat Perjanjian Oslo ditandatangani,
lebih dari 110.000 pemukim Yahudi tinggal di Tepi Barat, termasuk Yerusalem
Timur. Saat ini, jumlahnya mencapai lebih dari 700.000 orang di lebih dari
100.000 hektar tanah yang diambil alih dari Palestina.
Perang
Saudara
Pemimpin
PLO Yasser Arafat meninggal pada tahun 2004. Setahun kemudian, Intifada kedua berakhir,
permukiman Israel di Jalur Gaza dibongkar, dan tentara Israel serta 9.000
pemukim meninggalkan daerah kantong tersebut.
Setahun kemudian, warga Palestina memberikan suara dalam pemilihan umum
pertama kalinya. Hamas memenangkan mayoritas,
namun pecah perang saudara Fatah-Hamas yang berlangsung berbulan-bulan
dan mengakibatkan kematian ratusan warga Palestina.
Serangan
Israel ke Gaza
Israel
telah melancarkan empat serangan militer berkepanjangan di Gaza yakni di tahun
2008, 2012, 2014 dan 2021, ribuan warga
Palestina terbunuh dan puluhan ribu rumah, sekolah dan gedung perkantoran telah hancur. Pembangunan kembali hampir mustahil dilakukan
karena pengepungan tersebut menghalangi material konstruksi untuk mencapai Gaza. Pada 2014, dalam kurun waktu 50 hari, Israel
membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 warga sipil dan
hampir 500 anak-anak..
Tanah
Kanaan
Sementara
itu, perang memuat kembali munculnya asal usul Tanah Kanaan, merupakan negara kuno yang memiliki luas
wilayah besar, meliputi Lebanon, Suriah, Yordania dan Palestina yang di
dalamnya termasuk Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Britannica mendefinisikannya sebagai wilayah Levant atau Syam dan Alkitab menyinggung Tanah Kanaan sebagai "tanah perjanjian yang diberikan Tuhan kepada
Abraham dan keturunannya". Tanah
ini memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan di perbincangan sebelum masa
masehi (SM). Penamaan Tanah Kanaan, pertama kali muncul di sumber-sumber
sejarah Peradaban Mesopotamia bertarikh dari abad ke-18 SM.
Di
sumber prasasti tertulis itu, Kanaan berarti "ungu kemerahan", ini merujuk pada daerah tersebut menjadi
penghasil warna ungu. Di masa
pra-aksara, Tanah Kanaan pun sudah ditempati oleh manusia purba jenis
Cro-Magnon dan Neanderthal yang hidup di zaman Paleolitikum atau (8.000 SM -
3.000 SM), mereka melakukan aktivitas
biasa sesuai perkembangan otaknya, yakni bertani dan membentuk permukiman. Mulai dari zaman besi dan perunggu, Tanah
Kanaan selalu dihuni oleh manusia. Soal penduduk asli Tanah Kanaan disebut juga
sebagai orang Kanaan.
Mereka
adalah keturunan bangsa Semit yang tinggal dalam kurun 2.000 SM - 1.700
SM, dikenal juga sebagai orang Amori menjadi penduduk
mayoritas di tanah itu. Mereka kerap bermigrasi ke Barat (kini Mesir) lalu ke
Timur (Jazirah Arab). Namun, di akhir
Zaman Perunggu (1.550 - 1.200 SM), terjadi perubahan di Tanah Kanaan usai bangsa
Mesir memasuki kawasan dan mereka merebut desa-desa orang Kanaan dan mengusir
mereka. Ketika terjadi pengusiran
inilah, terjadi kebangkitan peradaban. Terkait ini, banyak sejarawan
berpendapat inilah awal mula peradaban Israel yang ditandai dengan berdirinya
Kerajaan Yehuda dan Israel.
Setelahnya Tanah Kanaan pun semakin ramai dihuni oleh bangsa lain yang sama-sama rukun. Lalu, apakah masih ada keturunan Kanaan di masa kini ?. Menurut para peneliti, mengutip American Journal of Human Genetics, DNA orang Kanaan, yang diambil dari jejak DNA penduduk Kanaan berusia 3.700 tahun, memiliki kecocokan dengan DNA penduduk Lebanon masa kini.
Korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza
melonhjak menjadi 84 orang, mei 2021
“
Bangsa Yahudi bangsa tua dan tersebar di muka Bumi hingga Amerika “,
S a
i d b
y
HaryonOGurUKeciLLegendS@
Komentar
Posting Komentar