DIPLOMAT DAG HAMMARSKJOLD DARI SWEDIA DENGAN PERJUANGAN PERDAMAIAN HINGGA AKHIR HAYAT

 INFORMASINOW.COM     

byIrkaBPiranhA,      S   e   l   a   s   a,    2   6    N   o   v   e    m   b   e    r    2   0   2   4        



Dag Hammarskjold Sekjen UNO ke dua 1953

TokELieMHiEDjunGChinALegendS@   Berlatar belakang sebagai seorang diplomat,  Dag Hammarskjold terpilih   mendadi  seorang Sekjen   PBB  ke  dua.   Dedikasinya  terhadap  perdamaian dunia  dibuktikan  sampai akhir  hayatnya.    Tanggal  18  September  1961,  sebuah tragedi  mengejutkan  terjadi,  Pesawat yabf  ditumpangi  Sekretaris  Jenderal   (Sekjen)  PBB  ke - 2  ,  Dag Hammarskjold,  jatuh  dan terbakar  di wilayah  dekat  Ndola,  Zambia.   Seluruh penumpang  dinyatakan meninggal  dalam kejadian itu,  Padahal  Dag Hammarskjold  sedang dalam perjalanan menjalankan misi perdamaian  atas konflikyang terjadi di Kongo.

Waktu itu Kongo  merupakan negara yang  tengah  mengalami  konflik  perebutan  kekuasaan.   Setelah  meraih kemerdekaan  dari Belgia  pada 1960,  Kongo  menghadapi ketidak stabilan politik  cukup  parah,  sehingga  memicu kekacauan  dan kekerasan  di seluruh  wilayah.    Krisis  Kongo ini tentunya melibatkan  berbagai  fiksi,  termasuk  pasukan  lokal  dan eluatan asing  yang  semuanya  berlomba - lomba  mendapatkan  kendali  atas  sumber   daya dan  kekuasaan  politik.    Singkatnya,  krisi  ini mengharuskan  PBB  untuk  turun  tangan.

Dalam kondisi  konflik yang  sedemikian  menegangkan   dan berbahaya,  Hammarskjold  terbang  untuk  melakukan  mediasi,   sebuah cara  yang memang digagas  sendiri  olehnya  sebaga  pimpinan  PBB.    Sedari  awal beliau  menjabat  sebagai  Sekjen  dia berkomitmen  untuk mendukung  misi  dari  penjaga  Perdamaian  dan  mengupayakan  dialoh  antara  pihak - pihak   yang  bertikai .   Sayang  lanhkahnya  harus terhambat  secara  tragis.  

Diplomat Asal  Swedia.

Dag Hammarskjold  terlahir di Jonkoping,  Swedia  29  Juli  1905 dan  merupakan anak  ke empat dari  pasangan  Agnes  dan  Hjalmar Hammarskjold  yang  menjabat  sebagai  Perdana Menteri Swedia  selama  tragedi Perang Dunia  I.    Sebagian dari masa kecilnya  dihabiskan di kota Uppsala,  suatu  tempat  sang ayahnya  menjabat  sebagai  Gubernur  Wilayah Uppland.   Pendididkan  dan pengarush  orang tuanya   secara  langsung memiliki  dampak  besar  pada  perjalanan  kariernya  pada  masa - masa  depan  beliau.

Keterikatannya  dengan  lingkungan   akademisnya   dan  nilai - nilai   kemanusian yang  ditanamkan  sejak  kecilnya,   membuatnya  tumbuh  menjadi sosok yang  peduli  terhadap  sesama  dan  membuatnya  memiliki  rasa  tanggung  jawab  sosial  yang tinggi.   Hap  inilah  yang  kemuadian  menjadi  ciri - ciri  khasnya  dalam  segala upaya  dan  perjuangannya di PBB.   Dia mengatakan bahwa dari  generasi  tentara  dan pejabat  pemerintah di pihak  ayah mewarisi  keyakinan  bahwa  tidak  ada kehidupan  yang  lebih  memuaskan  daripada  mengabdikan  diri tanpa  pamrih  kepada  negara  atau  kepada  komanusian.

"  Sementara  dari para  sarjana  dan rohaniawan  di pihak ibu,  saya mewarisi  keyakinan arti  yang mendalam  dari Injil,  semua orang  adalah  setara  sebagai  anak - anak tuhan  dan  harus dipandang  serta  diperlakukan  sebagai tuan kita di hadapan Tuhan  ",   Ujar Cakap SiDin  Hammarskjold sebagai mana dilampir  dalam  laman  dghammstskjold,se.    Pada  1953,  Dag Hammarskjold  yang  menjabat  sebagai  seorang  diplomat  asal  Swedia  teepilih  menjadi    Sekretaris  Jendral Perserikatan  Bangsa  Bangsa   (PBB/UNO).

Kisah terpilihnya Hammarskjold  sebagai  Sekjen PBB cukup  menarik,  mengingat  latar belakan  politik  dan krisi global  yang melanda dunia pada saat itu.   Sebelumnya,  sempat terjadi kekosongan posisi,  karena Sekjen PBB  Pertama   Trygve Lie  dari Norwegia,  terpaksa  mengundurkan diri,  Trygve  sebelumnya  mendapat  serangan  kritik  terutama  dari Uni Sovyet.   Uni Sovyet  merasa bahwa Lie   terlalu  memihak  kepada  blok  Barat  selama  perang dingin,  terutama  saat konplik  Korea.

Keadaan ini  menciptakan  kebutuhan  mendesak  untuk  menemukan  pengganti  yang dapat  diterima  oleh  semua  kekuatan  besar,  baik dari blok Barat  maupun  Timur.  Prosenyapun  memakan  waktu yang  tidak sebentar.   Sejumlah  nama yang diajukan  oleh  Dewan  Keamanan  PBB,  berulang kali ditolak,  negara - negara anggota gagal sepakat.   Karena adanya  berbagai kepentingan  geopolitik  yang  bertentangan,  negara - negara besar seperti Amerika  dan Uni Sovyet   selalu memiliki  pandangan  yang berbeda  mengenai  siapa  yang  seharusnya  menjadi  pemimpin  PBB berikutnya.

Kebuntuanpun  terjadi,  sampai pada  akhirnya  nama Hammarskjold  muncul  dalam  radar.   Bukan  sebagai sosok kandidat  yang  diunggulkan.   Sebagai  diplomat  ternyata  namanya tidak  begitu  tenar  diluar Eropah.   Namun, dia  dianggap  sebagai kandidat  kompromi  yang  netral .   Terutama  karena Swedia  dikenal  dengan  kebijakan luar  negerinya  tidak  memihak  selama  Perang Dingin Dang.

Operasi  Penjaga  Perdamaian,

"  Organisasi besar ini  tumbuh dari  penderitaan  dan kekacauan akibat  perang,  Negara - negara bersatu demi perdamaian  dunia,  semua  pihak berjuang  melawan  penindasan,  semua  orang yang  mengorbankan  dirinya  dalam  perjuangan  demi kebebasan  dan perdamaian  ".     Itulah penggalan pidato  Hammarskjold sesaat  terpilih sebagai Sekjen PBB di tahun  1953.   Dia  mulai  menjalankan  dan  memperkenalkan   berbagai  inisiatif   serta  berbagai  konsep  -  konsep  baru   dalam  menjalanka  misi   perdamaian  dunia.   

Gaya  diplomasinya yang  tenak  dan tidak  mencolok,  membuat  dia dengan  mudah  diterima  oleh  semua  pihak,  termasuk  negara - negara  besar  yang terlibatdalam ketegangan  selama  Perang Dingin.    Dag  Hammaarskjold  semakin dikenal  karena  dedikasinya  dalam  menyelesaikan   berbagai konplik Global'   Salah  satu kontribusi pentinya adalah  memperkenalkan  operasi  Penjaga  Perdamaian  PBB   yang  pertama  kali diterapkan  selama  krisi  Suez  pada  1956.

Saat itu dunia hampirmemasuki konflik besar  ketika Mesir, dibawah  kepemimpinan Presiden  Gamal Abd  Naser,  mengambil langkah  berani dengan menasionalisasi  Terusan Suez.   Terusan  ini merupakan jalur  perdagangan penting yang menghubungkan  Eropah  dan Asia.    Sehingga tindakan Mesir memicu reaksi keras dari  negara - negara barat.   Terutama  bagi Inggris  dan Perancis  karena memiliki kepentingan gtrategis tersendiri pada kawasan tersebut.  Ketegangan  semakin meningkat  ketika  Naser  menegaskan hak  kedaulatan Mesir  atas  Terusan Suez,  keputusan ini   dengan  cepat  dikenal  sebagai  krisis   "Suez"   Dang.

Kala itu,  reaksi Inggris dan Perancia sangat  cepat.   Bersama dengan  Israel,  yang saat itu  merasa terancam oleh kebangkitan  nasionalis ARAB dan  Agresi Nasser,  mereka merencanakan  serangan  militer  untuk  merebut kembali kendali atas  Terusan  Suez dan Menggulingkan  Nasser.   Pada 29  Oktober  1956,  pasukan  Israel  melancarkan  serangan,  diikuti  oleh intervensi  militer  Inggris dan Prancis  di bulan  November,  Hammarskjold segera  berho ubikasi  dengan  Dewan  Keamanan  PBB  untuk segera  mengambil tindakan  tegas  terhadap  invasi tersebut.   Kemudian ia mengusulkan  pasukan penjaga pordamaian  untuk menstabilkan wilatah  yang terkena dampak dan memastikan  bahwa gencatan senjata di ikuti.    

Kenalkan Penjaga Perdamaian   

PBB yang kala itu belum memiliki mekanisme  resmi  dalam  pengerahan  pasukan Internasional ke daerah  Bertikai,  akhirnya penjaga perdamaian  mulai diperkenalkan Hammerskjold dan  konsep ini merupakan terobosan baru  dalam  diplomasi Internasional.   Selain mengirim tentara, ia  juga melibatkan penempatan pasukan Netral yang terlatih di daerah konflik untuk  mengawasi porjanjian gencatan  senjata dan menciptakan situasi lebih  aman bagi warga  sipil.   Cara ini mendapatkan dukunam dari negara - negara  anggota PBB, hingga akhirnya disetujui dan pasukan Penjaga Perdamaian  PBB  pertama kali dikerahkan ke Mesir.   Pasukan Penjaga Perdamaian  kemudian  dikonal  sebagai  United Nations Emergency Force  (UNEF),  mulai  tiba di Mesir pada bulan November 1956.

UNEF  bertugas memisahkan pasukan yang bertikai,  mengawasi permusuhan, dan memastikan akses yang aman ke Terusan Suez.   Keberadaan UNEF membantu meredakan  ketegangan yang  melanda kawasan  tersebut, dan memberi waktu bagi  diplomasi  untuk mengambil alih.   Hammarskjold sensiri terlibat langsung  dalam negosiasi diplomatik  untuk mendapatkan solusi damai.  Dia melakukan perjalanan ke lawasan tersebut  untuk berunding  dengan pemimpin Mesir, Inggris dan Prancis serta  negara - negara lain yang terlibat dalam perseteruan itu.   Dia berusaha meyakinkan  tentang pentingnya penyelesaia  konflik   melalui dialog ketimbang  kekuatan Militer,  upaya  membuahkan hasil.   Negara - negara agresor terpaksa mundur dari posisi mereka di Suez,  setelah tekanan internasional dan kampanye diplomatik  yang efektip dari PBB. 

Krisis KONGO ujian berat  Hammarskjold

Pada tahun 1960 - an pada Krisis di Kongo menjadi ujian  berat Hammarskiold,  karena kemerdekan yang baru diraih dari  Belgia,  sangat  cepat dilanda kekacauan yang dipacu  oleh   ketegangan  politik,  pemberontakan,  dan  campur tangan asing.   Yang tadinya berharap merdeka seutuhnya,  justru menjadi ajang perebutan kekuasaan antara berbagai kelompok bersenjata  dan faksi politik.   Sementara  kepenytingan asing  dari negara - negara besar seperti Uni Sovyet dan Amerika Serikat mali terlihat dalam konflik.

Krisis tersebut tidak hanya mengancam stabilitas  Kongo malah mencecar ke seluruh Afrika sehingga  muncul akan kekhawatiran terjadine eskalasi Perang Dingin ditengah  kekacauan ini,   Hammarskjold  dihadapkan pada  dilema  yang sangat berat.   Sebagai pemimpin tertinggi PBB  dia merasa bertanggung jawab untuk  menjaga perdamaian  dan mencegah meluasnya konflik.   Tapi mengintervensi situasi di Kongo tidak mudah,  semua pihak yang terlibat memiliki agenda  sendiri - sendiri.  

Di satu sisi,  Kongo  membutuhkan bantuan untuk  menstabilkan pemerintahan yang baru merdeka.   Namun situasi itu membuka peluang bagi negara - negara besar memperluas pengaruh  merek.   Kongo dikenal kaya akan sumber daya alam seperti mineral dan logam,  namun inilah yang menjadi area pertempuran geopolitik,  ketika  campur tangan dari luar bisa memperburuk koadaan.   Hammarskjold pun memutuskan  untuk bertindak cepat dengan  mengambil  langkah  berani dengan  mengirim Pasukan Penjaga Perdamaian PBB ke  Kongo untuk  menstabilkan situasi.

Pasukan United Nations Operation in the Congo (ONUC),   bertuga  membantu pemerintah Kongo  menjaga  ketertiban dan melindungi penduduk  sipil dari kekerasan yang meluas.   Tapi keputusan ini tidak populer  baik  dikalangan negara - negara besar maupun diantara  beberapa faksi di Kongo.   Hammarskjold mendapat tekanan politik yang sangat besar,  terutama dari negara - negara yang ingin memanfaatkan  krisis ini untuk kepentingan mereka sendiri.   Dia tetap teguh.   Baginya peran PBB  haruslah  sebagai kekuatan netral  yang berdiri di atas kepentingan nasional,  dia percaya dengan netralitas PBB bisa berperan  efektif dalam memediasi konflik yang semakin konpleks.

Untuk memperkuat misinya,  Hammarskjold mengambil  resiko  dengan melkaukan perjalanan  langsung ke wilayah konflik.   Dalam serangkaian  kunjungan,   Hammarskjold mengunjungi  Kongo untuk bertemu dengan bermagai pemimpin  lokal dan fiksi yang bertikai.   Dia  berusaha menjembatani  perbedaan kelompok  yang terlibat dan menyusun solusi damai  yang dapat diterima semua pihak.  Meskipun  upaya  ini penuh dengan bahaya dan ketidakpastian,  Hammarskjold menunjukkan  keteguhan hatinya dalam  mencari perdamaian.   Dia berdisku dengan pemimpin militer,  kepala pemerintahan sementara, dan perwakilan asing,  semuanya dengan satu tujuan yakni mengakhiri  kekerasan dan membawa Kongo  menuju stabilitas.

Namun situasi di Kongo terus memburuk,  ketegangan antara faksi  semakin meningkat.  sementara berbagai negara luar terus  memperkeruh  situasi  demi kepentingan  mereka.  Konplik  di Kongo  menjadi  semakin kompleks,  melibatkan perpecahan  politik  internal  yang tentunya  tidak  mudah untuk  dapat  diselesaikan  hanya  dengan  negosiasi Dang.

Misteri Kematian Hammarskjold   

Buku Operation  Morthor  :   The Death of Dag Hammarskjold and the Last Great Mystery of the Cold War ditulis Ravi Somaiya,  diungkapkan bahwa pada bulan September 1961,  Dag Hammarskjold melakukan perjalanan yang sangat beresiko.   Pesawat DC-6 milik maskapai TransAir Sweden,  membawanya berangkat dari New York dengan satu kali transit di Ghana.   Sebelum tiba di  Bandara N'Djili di Leopoldville Kongo 13  September 1961  petang  Hammarskjold mendengar tentang rencana Operasi Morthor saat transit di Ghana.   Hammarskjold mendarat di Leopoldville  sesuai jadwal yaitu jam 02 siang,  beberap jam setealah  Operasi Morthor di mulai.

Para menteri Kongo menyambut ketimbaannya dilandasan pacu, termasuk Perdana Menteri Baru  Cyrille Adoula yang dengan percaya diri  menyatakan bahwa Sparatisme Katanga telah berakhir berkat bantuan PBB.  Namun, Hammarskjold memilih untuk tidak  memberikan komentar  kepada pers yang hadir.   Dia baru mendengar kabar tentang kekacauan  yang terjadi dalam Operation Morthor dan kemelut  di pengepungn  Jadotville, pada malamnya.   Sehingga ia meminta pertemuan dengan Moise Tshombe pemimpin Katanga  di luar Kongo,  tepatnya di Ndola, Rhodesia Utara yang masih Protektorat Inggris.

Dia kemdian  berangkat dengan pesawat yang  sama dari Leopoldville bersama sepuluh penumpang lain  dan lima krue Nahas,  pesawat itu mengalami kecelakaan.   Dtlaporkan  oleh beberapa saksi mata,  pesawat terbakar di udara sekita pukul 01 dini hari pada  18 September 1961,  pesawat itu kemudian jatuh  ditengah hutan  sekitar  15 kilometer sebelah barat Bandar Ndola.   

Menurut laporan PBB tanggal 19 September 1961 yang bertajuk  Special Report on the Fatal Flight of the Secretary General's Aircraft,  terdapat sepuluh penumpang yang menemai Hammarskjold.   Temuan soal tragedi membuat konplik semakinrumit karena  adanya perbedaan hasil  laporan  dari Komisi Investigasi PBB dan Dinas Investigasi Rhodesia.   Dinas Investigasi Rhodesia  menyimpulkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh  kesalahan manusia yang dilakukan oleh pilot  Kapten Per Hallonquist,  KoPilot  Lars Litton  dan teknisi Nils Goran Wilheimsson.   Juga Investigasi PBB  menyimpulkan adanya kemungkinan serangan  eksternal.   Kesaksian Sersan Julien  sebelum meninggal  dalam perawatan,  terjadi beberapa ledakan sebelum  pesawat itu jatuh.   Dia bercakap Bahwa Dag Hammarskjold sedang  berada pada titik untu  mencapai  sesuatu saat mereka membunuhnya. 

Hingga saat ini penyebab jatuhnya pesawat yang membawa  Dag Hammarskjold masih tetap menjadi misteri yang tak  terpecahkan.   Memicu berbagai teori konspirasi  yang mencengkram  imajinasi publik.   Salah satu dugaan yang sering diangkat  adalah  kemungkinana pesawatnya di tembak  jatuh  oleh pihak - pihak yang tidak ingin perdamaian tercapai di Kongo.  Kematiannya  yang penuh misteri tentu sangat mengejutkan dunia serta menjadi  simbol pengorbanan tertinggi seorang diplomat dalam  upaya  menjaga perdaian global Dang.

Dianugerahi Nobel Perdamaian

Pemilik nama asli Dag Hjalmar Agne Carl Hammarskjold ini mendapatkan Nobel Perdamaian  secara Anumerta pada 1961  atas dedikasinya yang  luar biasa  dalam menjaga perdamaian dunia.   Penganugerah ini menjadi sangat berarti mengingat dia meninggal tragis dalam kecelakaan pesawat saat dalam misi  diplomatik di Kongo,  saat berusaha menyelesaikan  krisisi yang melanda  negara tersebut.    Penghargaan ini juga menegaskan komitmen dan keberanian Hammarskjold,  serta  dunia  mengakui  pengorbanan yang telah dia buat demi upaya  menjaga  stabilitas dan keamanan internasional.   Hammarskjold  dikenal karena kemampuannya dalam meredakan kunflik dan mempromosikan  kerja sama Internasional.

Hadiah Nobel Perdamaian yang diterimanya menjadi simbol  dari dedikasi dan integritasnya sebagai seorang diplomat.   Dalam  berbagai upacara dan penghormatan setelah kematiannya,  Hammarskjold dikenang sebagai sosok yang mewakili  perjuangan  untuk  kemanusian, keadilan, dan perdamian global.   Hingga  kini namanya masih menjadi inspirasi bagi diplomat dan pemimpin di seluruh dunia,  semua ini tentu karena keberaniannya mengejar perdamaian,  meskipun dalam keadaan  paling sulit,  yakni sebuah panggilan mulia yang patut di contoh.   



"  Pejuang perdamaian Dunia dengan kepiawaiannya  berdiplomasi menyatukan pihak2  terkait  ",   

S     a     i     d         b      y                 TokELieMHiEDjunGChinALegendS@


Komentar

Postingan populer dari blog ini

OLIMPIADE KE-33 PARIS 2024 DENGAN BIAYA Rp 133,22 TRILIUN, DAN JIN BTS PEMBAWA OBOR.

PANAS PEMILU TURKI !! OPOSISI MENANG - ERDOGAN KALAH, BENTROKAN SENJATA

SEJARAH ROMANTIS AWAL TERCIPTANYA BECAK DAN HADIRNYA DI INDONESIA