UTANG KE CHINA MENGANCAM KEBERADAAN PELABUHAN NEGARA KENYA.
INFOKOMNOW.COM
byPakeLEE, 05/12/2019
DominicuSDuranDLegendS@
Pemerintah Kenya disebut berpotensi kehilangan aset-aset strategis yang mereka miliki seperti pelabuhan Mombasa, jika tak mampu mengembalikan atau gagal membayar pinjaman kepada China. Di mana pinjaman-pinjaman tersebut, sebelumnya digunakan untuk pengembangan Standard Gauge Railway (SGR), sebagaimana dilaporkan African Stand November 2019 lalu.
Tak hanya Mombasa, pelabuhan Kenya lainnya yang juga menjadi pertaruhan pinjaman itu ialah Inland Container Depot di Nairobi. “ Imbas pengambil alihan pelabuhan itu, nantinya juga bisa berdampak pada nasib ribuan pekerja pelabuhan yang terpaksa harus bekerja di bawah pemberi pinjaman China ”, tulis African Stand dilansir NusanTaRa.Com, Minggu (10/11/2019).
Selanjutnya, pendapatan dari pelabuhan akan langsung dikirim ke China, sebagai pengganti sekitar sh 500 miliar atas pinjaman untuk pembangunan dua bagian SGR. Kendati demikian, audit yang yang diselesaikan bulan lalu menunjukkan aset Otoritas Pelabuhan Kenya (KPA) yang mencakup pelabuhan Mombasa, dapat diambil alih jika SGR tidak menghasilkan cukup uang tunai untuk melunasi utang.
China bukan kalpertama melakukan akuisisi atas pelabuhan seperti kasus ini. Sebelumnya, pada bulan Desember 2017, pemerintah Sri Lanka juga kehilangan Hambantota dan diambil alih China untuk masa sewa 99 tahun setelah gagal menunjukkan komitmen dalam pembayaran pinjaman miliar USD. New York Times menyebut, akusisi itu memberikan China kendali atas kepemilikan wilayah yang menguntungkan di jalur strategis komersial dan militer.
" Ini telah mengubah China menjadi kreditor resmi terbesar melampaui IMF atau Bank Dunia ", tulisan CNBC International, tercatat 50 negara berkembang yang meminjam dari China dengan nilai utang meningkat rata-rata 1% dari PDB mereka tahun 2015, menjadi lebih dari 15% pada tahun 2017. Pinjaman Pemerintah China kepada negara-negara lain terus menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun belakangan. Namun, ada fakta menarik dalam sebuah laporan lembaga think thank asal Jerman, yaitu Kiel Institute for the World Economy, eperti dikutip, Senin (15/7/2019).
Menurut laporan itu, banyak pinjaman yang ' tersembunyi '. Maksudnya adalah pinjama itu tidak dilaporkan atau dicatat oleh lembaga resmi seperti International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia (World Bank), atau Paris Club (sekelompok negara kreditor). Selama kurun waktu 2000-2017, utang negara-negara lain kepada China melonjak 10x lipat mulai dari US$ 500 miliar (Rp 6.964 triliun) hingga lebih dari US$ 5 triliun (69.640 triliun).
Analis di Kiel Institute, Christoph Trebesch, mengatakan trend pinjaman internasional China merupakan bukti dari pertumbuhan ekonomi yang cepat dari suatu negara. Hal itu juga merupakan bukti dari kebijakan "going global" dari Pemerintah China. China banyak terkena kritikan karena membebani banyak negara dengan utang melalui Belt and Road Initiative. BRI merupakan program berupa rencana investasi infrastruktur global yang besar untuk membangun jalur kereta api, jalan, laut dan lainnya, yang membentang dari China ke Asia Tengah, Afrika dan Eropa.
“ Kasus ini adalah salah satu contoh dari penggunaan pinjaman dan bantuan ambisius China untuk mendapatkan pengaruh di seluruh dunia ”, kata New York Times, 12 Desember 2017.
" Utang nyawa dibawa nyawa, Utang si Budi di bawa siMati "
Said by DominicuSDuraNLegendS@
byPakeLEE, 05/12/2019

Pemerintah Kenya disebut berpotensi kehilangan aset-aset strategis yang mereka miliki seperti pelabuhan Mombasa, jika tak mampu mengembalikan atau gagal membayar pinjaman kepada China. Di mana pinjaman-pinjaman tersebut, sebelumnya digunakan untuk pengembangan Standard Gauge Railway (SGR), sebagaimana dilaporkan African Stand November 2019 lalu.
Tak hanya Mombasa, pelabuhan Kenya lainnya yang juga menjadi pertaruhan pinjaman itu ialah Inland Container Depot di Nairobi. “ Imbas pengambil alihan pelabuhan itu, nantinya juga bisa berdampak pada nasib ribuan pekerja pelabuhan yang terpaksa harus bekerja di bawah pemberi pinjaman China ”, tulis African Stand dilansir NusanTaRa.Com, Minggu (10/11/2019).
Selanjutnya, pendapatan dari pelabuhan akan langsung dikirim ke China, sebagai pengganti sekitar sh 500 miliar atas pinjaman untuk pembangunan dua bagian SGR. Kendati demikian, audit yang yang diselesaikan bulan lalu menunjukkan aset Otoritas Pelabuhan Kenya (KPA) yang mencakup pelabuhan Mombasa, dapat diambil alih jika SGR tidak menghasilkan cukup uang tunai untuk melunasi utang.
China bukan kalpertama melakukan akuisisi atas pelabuhan seperti kasus ini. Sebelumnya, pada bulan Desember 2017, pemerintah Sri Lanka juga kehilangan Hambantota dan diambil alih China untuk masa sewa 99 tahun setelah gagal menunjukkan komitmen dalam pembayaran pinjaman miliar USD. New York Times menyebut, akusisi itu memberikan China kendali atas kepemilikan wilayah yang menguntungkan di jalur strategis komersial dan militer.
" Ini telah mengubah China menjadi kreditor resmi terbesar melampaui IMF atau Bank Dunia ", tulisan CNBC International, tercatat 50 negara berkembang yang meminjam dari China dengan nilai utang meningkat rata-rata 1% dari PDB mereka tahun 2015, menjadi lebih dari 15% pada tahun 2017. Pinjaman Pemerintah China kepada negara-negara lain terus menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun belakangan. Namun, ada fakta menarik dalam sebuah laporan lembaga think thank asal Jerman, yaitu Kiel Institute for the World Economy, eperti dikutip, Senin (15/7/2019).

Menurut laporan itu, banyak pinjaman yang ' tersembunyi '. Maksudnya adalah pinjama itu tidak dilaporkan atau dicatat oleh lembaga resmi seperti International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia (World Bank), atau Paris Club (sekelompok negara kreditor). Selama kurun waktu 2000-2017, utang negara-negara lain kepada China melonjak 10x lipat mulai dari US$ 500 miliar (Rp 6.964 triliun) hingga lebih dari US$ 5 triliun (69.640 triliun).
Analis di Kiel Institute, Christoph Trebesch, mengatakan trend pinjaman internasional China merupakan bukti dari pertumbuhan ekonomi yang cepat dari suatu negara. Hal itu juga merupakan bukti dari kebijakan "going global" dari Pemerintah China. China banyak terkena kritikan karena membebani banyak negara dengan utang melalui Belt and Road Initiative. BRI merupakan program berupa rencana investasi infrastruktur global yang besar untuk membangun jalur kereta api, jalan, laut dan lainnya, yang membentang dari China ke Asia Tengah, Afrika dan Eropa.
“ Kasus ini adalah salah satu contoh dari penggunaan pinjaman dan bantuan ambisius China untuk mendapatkan pengaruh di seluruh dunia ”, kata New York Times, 12 Desember 2017.
" Utang nyawa dibawa nyawa, Utang si Budi di bawa siMati "
Said by DominicuSDuraNLegendS@
Komentar
Posting Komentar