NAURU KEMBALI BANGKIT SETELAH JATUH JADI NEGARA MISKIN

  INFOKOMNOW.COM

byMapiroHBorrA,                                S e n i n    1 9       A   p  r  i   l      2 0 2 1



AbdullaHUmaRLegendS@  Sebagai  satu negara dengan populasi terkecil di dunia (12.581 jiwa pada 2019), Nauru beberapa tahun lalu sebagai Negara terkaya  sebelum  jatuh miskin, seperti yang dijelaskan oleh Helen Hughes dalam artikelnya pada 2004.   Nauru kembali bangkit  dari negara miskin menjadi bangsa yang makmur,  PDB negara itu naik rata-rata 6,7% antara tahun 2004 dan 2019  Serta pendapatan per kapitanya  meningkat hampir lima kali lipat sejak 2007.  Tahun lalu, PDB Nauru telah melewati ambang batas negara berpendapatan tinggi  (AS$ 12.535) dan Nauru kembali dimasukkan oleh Bank Dunia ke  negara-negara berpenghasilan tinggi. Ini mungkin mengherankan bagi berbagai pihak, tetapi  Nauru memang merupakan negara yang mengejutkan.

Pertambangan fosfat merupakan sumber pemasukan utama Nauru pada tahun 1970-an dan 80-an. Dengan harga fosfat melambung pada tahun 1970-an, Hughes memperkirakan bahwa PDB per kapita Nauru pada 1975 mencapai $ 50.000 peringkat kedua  hanya dikalahkan oleh Arab Saudi.  Namun, setelah itu ekspor fosfat pun menurun dengan  rata-rata ekspor fosfat tahunan pada tahun 1990-an sekitar seperlima dari jumlahnya pada tahun 1970-an.

Ketika Nauru memperoleh kemerdekaan dari Australia, Selandia Baru, Inggris, dan PBB pada 1968, total asetnya, menurut Hughes, bernilai sekitar $ 500.000 per orang,  namun  selama tahun-tahun  itu tidak dilakukan dengan cermat dan  investasi mereka sering kali tidak tepat.   Ketika  pendapatan  dari fosfat menyusut  tahun 1990-an pengeluaranpun  semakin membengkak dam 1990-an, Nauru  putus asa  akibat   surga pajak dan  penjualan  paspor  yang terhentikan  sehingga romorentah terlilit  utang   serta roda perekonomian  semakin sulit. 

Perekonomian Nauru itu didominasi oleh aktipitas pemerintah dengan Pengeluaran  melebihi PDB-nya. Pendapatan pemerintah telah meningkat pesat selama satu dekade terakhir, naik hampir sepuluh kali lipat : dari $ 30 Juta pada tahun anggaran 2011/12 menjadi $ 269 Juta pada tahun anggaran 2019/20. Setelah itu, pengeluaran Nauru juga naik. Pembelanjaan pemerintah naik dari $ 128 Juta pada 2013/14 menjadi $ 242 Juta pada 2019/20.   Sumber pendapatan baru yang paling penting adalah pusat pemrosesan pencari suaka Australia, Regional Processing Center (RPC), diresmikan pada 2001, tutup pada 2008, lalu buka kembali pada 2012. 

Meskipun kontroversial, RPC di Nauru telah merombak Pemerintah Nauru memperkirakan bahwa akumulasi pendapatan langsung dan tidak langsung dari RPC mencapai 58% dari total pendapatan pemerintahnya pada 2019/20 dan lebih mengherankan bagaimana Nauru dapat terus menghasilkan uang dari RPC bahkan ketika jumlah pencari suaka telah menurun :  dari puncaknya dengan 1.233 orang pada tahun 2014 menjadi 211 pada awal tahun 2020 dan sekarang sebagian besar fasilitasnya kosong  namun tetap  dipertahankan untuk dipergunakan  lagi kedepannya.  Kontrak RPC masih sangat menguntungkan (nilainya $ 29 Juta per bulan pada 2019) dan tahun lalu pemerintah Nauru mendapatkan sekitar $ 150 Juta dalam bentuk berbagai biaya dan pajak  dan  RPC bukan hanya sumber pendapatan utama, tetapi juga pemberi lapangan kerja yang besar. Pada 2019/20, pemerintah Nauru mempekerjakan 51% tenaga kerja Nauru, dan RPC yang 15% lainnya.  

Penyebab naiknya pendapatan Nauru yang lainnya adalah tingginya nilai industri penangkapan ikan di perairan Nauru. Pemasukan dari izin penangkapan ikan telah naik drastis dari $ 25 Juta pada 2013/14 menjadi $ 73 Juta pada 2019/20 (sekali lagi disesuaikan dengan tingkat inflasi). Perjanjian yang disebut Kesepakatan Nauru pada tahun 2010 disetujui oleh delapan negara Kepulauan Pasifik yang menguasai seperempat dari pasokan tuna dunia, untuk memberlakukan skema izin umum pada kapal penangkap ikan asing. Perjanjian ini, ditambah dengan periode dimana harga tuna tinggi, telah menyebabkan kenaikan biaya izin untuk delapan negara penanda tangan Kesepakatan Nauru tadi.

Kemajuan perekonomian Nauru ini tidak ada hubungannya dengan jenis reformasi ekonomi yang, pada tahun 2004, diusulkan Helen Hughes sebagai hal yang paling penting. Meskipun demikian, negara tersebut tampaknya telah memetik beberapa pelajaran dari salah manajemen sebelumnya. Kini Nauru telah melunasi sebagian besar utangnya. Dan pada tahun 2016, negara itu memulai dana abadi antargenerasi yang baru agar dapat membangun tabungannya untuk tahun-tahun mendatang. Untuk menghindari salah manajemen, dana abadi itu dikelola bersama oleh Nauru dan dua negara lain yang juga turut menyumbangkan dana untuknya – Taiwan dan Australia.

Nauru sebenarnya masih sangat rentan. Saat ini, negara itu menghadapi dua ancaman ekonomi yang signifikan :  satu, jatuhnya harga ikan tuna global,  kedua,  keputusan Australia untuk menghentikan pendanaan fasilitas RPC yang sudah jarang digunakan.   Meskipun Nauru sekarang sudah memiliki dana perwalian untuk membantu menurunkan risiko yang serupa, Nauru telah menghabiskan sebagian besar pemasukkan yang  terkumpulkan saat ekonominya masih kuat. Uang tabungan yang ada dalam dana abadi Nauru sejauh ini hanya mampu mendanai sekitar sepertiga dari anggarannya untuk satu tahun,  sehingga  Nauru masih perlu lebih banyak menabung, sambil berharap harga ikan tuna tetap tinggi dan Australia terus membayar RPC meski umumnya pusat itu kosong. Jika tidak, periode kedua Nauru sebagai negara berpenghasilan tinggi mungkin, seperti yang pertama, hanya sementara. (The Interpreter)

Stephen Howes adalah Direktur dari Development Policy Centre, Crawford School of Public Policy, Australian National University dan Sherman Surandiran adalah peneliti di Development Policy Centre.

 

 

 

“  Kemakmuran suatu Negara dipengaruhi kekayaan SDA dan SDMnya  “,

Said by AbdullaHUmaRLegendS@

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OLIMPIADE KE-33 PARIS 2024 DENGAN BIAYA Rp 133,22 TRILIUN, DAN JIN BTS PEMBAWA OBOR.

PANAS PEMILU TURKI !! OPOSISI MENANG - ERDOGAN KALAH, BENTROKAN SENJATA

SEJARAH ROMANTIS AWAL TERCIPTANYA BECAK DAN HADIRNYA DI INDONESIA