TAK MAU DI VAKSIN COVID-19, NOVAK DJOKOVIC RELA KEHILANGAN GELAR GRAND SLAM
NusaNTaRa.Com
byIrkaBPiranhA, R a b u, 1 6 F e b r u a r i 2 0 2 2
MantrISalmaNLegendS@ PETENIS putra nomor satu dunia, Novak
Djokovic, tetap bersikukuh menolah divaksin Covid-19 bahkan Novak Djokovic lebih rela gagal menambah gelar
juara Grand Slam dari pada harus divaksin.
Belum lama ini, permasalahan vaksin membuat petenis asal Serbia itu
dideportasi dari Australia menjelang Grand Slam pertama musim, Australia Open
2022 berlangsung. Pemerintah setempat
membatalkan visanya karena ketidak sediannya untuk mendapat suntikan Vaksin hingga dia
terpaksa harus melewatkan ajang
terbesar itu.
Penolakannya akan suntikan Vaksin membuatnya dilarang
bertanding di Australia Terbuka tahun ini
dan membuat petenis berusia 34
tahun itu kehilangan kesempatan untuk menjadi petenis putra tersukses sepanjang
masa dengan 21 gelar Grand Slam. Petenis
nomor satu dunia itu malah dideportasi dari Australia setelah drama 11 hari
yang melibatkan dua pembatalan visa, dua banding pengadilan dan lima malam
dalam dua kali penahanan di hotel detensi imigrasi tempat para pencari suaka
ditahan, " Saya mengerti bahwa tidak divaksinasi hari
ini, saya tidak dapat melakukan perjalanan ke sebagian besar turnamen saat ini.
Ya, itulah harga yang bersedia saya bayar
“.
Petenis berusia 34 tahun saat ini mencatat sebanyak 20 gelar
Grand Slam, dia tertinggal satu gelar di
belakang bintang Spanyol, Rafael Nadal
yang memenangkannya di Australia Open
2022 dan saat ini Djokovic pun masih sejajar dengan Roger
Federer. Ketertinggalan itu tampaknya
tidak menjadi masalah bagi Djokovic
bahkan ia bersedia mengorbankan lebih banyak gelar
dibandingkan harus mengkhianati prinsipnya tersebut, “ Ya.
Itulah harga yang bersedia saya bayar,” ucap Djokovic kepada BBC dikutip laman
Give Me Sports, Selasa (15/2/2022).
" Djokovic berharap dapat berkompetisi selama
"bertahun-tahun lagi" tetapi dia menambahkan bahwa kebebasan untuk
memilih apa yang ingin dia masukkan ke dalam tubuhnya lebih penting baginya
daripada gelar apa pun. Namun, petenis
Serbia itu menjauhkan diri dari gerakan anti-vaksinasi dan mengatakan bahwa dia
tetap berpikiran terbuka untuk menerima suntikan, "
Saya tidak pernah menentang vaksinasi
", Ujar SiDin
Novak Djokovic, menambahkan bahwa
dirinya pernah melakukan vaksinasi saat
masih anak-anak.
Sementara Pihak
Wimbledon belum memberikan jaminan apa pun bahwa Djokovic akan diizinkan
bermain tahun ini di Inggris jika ia tetap bersikukuh dengan prinsipnya.
Harapan mungkin ada karena Inggris telah melonggarkan pembatasan atau
protokol kesehatan. “ Bagi saya, sebagai atlet elit profesional,
saya selalu hati-hati meninjau dan menilai segala sesuatu yang masuk. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan,
saya memutuskan untuk tidak mengambil vaksin
”, Ujar SiDin Novak Djokovic.
“ Saya tidak pernah
menentang vaksinasi. Saya mengerti bahwa secara global, semua orang berusaha
keras untuk menangani virus ini. Saya tetap berpikiran terbuka untuk
mendapatkan vaksin ”, Ujar SiDin Novak Djokovic dengan Plabomoranya
(hebatnya). Petenis berusia 35 tahun
itu telah memenangkan Wimbledon enam kali dan telah mengangkat trofi Prancis
Open dua kali. Dia adalah juara bertahan dari kedua kompetisi tersebut
sekaligus melengkapi kemenangan tiga Grand Slam tahun lalu.
" Tapi saya
selalu mendukung kebebasan untuk memilih apa yang Anda masukkan ke dalam tubuh
Anda " dan " Saya mengerti bahwa secara global, semua
orang berusaha keras untuk menangani virus ini dan berharap, semoga, virus ini
segera berakhir ", Ujar SiDin.
Novak Djokovic, yang memenangi Wimbledon dan Prancis Terbuka tahun lalu,
akan kembali beraksi di turnamen ATP di Dubai pekan depan untuk pertama kalinya
sejak dia dideportasi dari Melbourne menjelang Australian Open.
Novak Djokovic memicu kemarahan yang meluas di Australia
ketika dia diberi pengecualian medis dari kewajiban vaksinasi Covid-19 untuk
berkompetisi di Melbourne Park dengan alasan bahwa dia baru-baru ini tertular
virus tersebut. Namun, dia ditahan oleh
otoritas imigrasi pada saat kedatangan, dibebaskan oleh perintah pengadilan,
dan kemudian ditahan lagi sebelum akhirnya dideportasi. Kasus tersebut memicu
perdebatan global dan Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke mengatakan Djokovic
bisa menjadi ancaman bagi ketertiban umum di negara itu karena kehadirannya
akan mendorong sentimen anti-vaksinasi.
" Saya benar-benar sedih dan kecewa dengan bagaimana semuanya berakhir bagi saya di Australia ", Ujar SiDin Djokovic dan " Alasan mengapa saya dideportasi dari Australia adalah karena Menteri Imigrasi menggunakan kebijaksanaannya untuk membatalkan visa saya berdasarkan persepsinya bahwa saya mungkin menciptakan sentimen anti-vaksin di negara atau di kota tersebut, yang sama sekali tidak saya setujui ".
“ Kesehatan (menular) menjadi syarat untuk perizinan bepergian “
S a i d
b y MantrISalmaNLegendS@
Komentar
Posting Komentar