BURUNG PUFFIN ALASKA MATI MASSAL KARENA PERUBAHAN IKLIM.
INFOKOMNOW.COM
byPakeLee, 06/06/2019
Beberapa nama pepatah ini berunsur hiburan, sorry !!!
byPakeLee, 06/06/2019
AndronGKadiRJanggO@ Ditemukan
ratusan burung puffin (Fratercula arctica) mati di pinggiran pantai Pulau St.
Paul Alaska Amerika Serikat pada pertengahan Oktober
2016, sebagaimana dilansir Huffington Post, Jumat (18/11/2016). Seharusnya
mereka tidak berada di sana karena biasanya burung-burung itu sudah terbang ke
selatan untuk menghindari musim dingin.
Kematian makhluk hidup apapun jika terjadi dalam jumlah besar dan dalam
waktu yang bersamaan, tentunya menarik perhatian banyak orang dan menimbulkan
banyak spekulasi tentang penyebab
kematian akan segera bermunculan.
Survei selama empat bulan yang dilakukan pada 2016, sekelompok peneliti menemukan 359 bangkai hewan, kebanyakan adalah jenis burung puffin yang biasanya jarang terdampar yang diperkirakan jumlah keseluruhan sekitar 3.150 hingga 8.800 burung yang mati dan sekitar 87 %-nya merupakan Puffin. “ Spesimen yang dikumpulkan sangat kurus. Menunjukkan kelaparan sebagai penyebab utama kematian ”, Tulisan para peneliti dalam studi yang dipublikasikan pada PLOS ONE.
Kematian ini membuat para ilmuwan menjadi khawatir akan keberadaan populasi burung laut berkepala putih dan berparuh oranye ini dan mereka menduga penyebab akan kematian burung-burung puffin ini adalah perubahan suhu laut yang semakin panas pada tahun ini. " Dalam beberapa tahun terakhir, kami menemukan setidaknya ada dua atau tiga burung puffin yang mati, itu hal biasa ", Ujar SiDin Paul Melovidov, penjaga pantai yang telah menghabiskan beberapa pekan menyusuri pantai untuk membersihkan mayat puffin dan memoto penemuannya.
" Namun ketika ditemukan ada 40 hingga 50 ekor mati dan hampir semuanya masih dalam bentuk utuh, itu sangat mengkhawatirkan ", Mengutip Care2 (14/11), Julia Parrish seorang profesor dari University of Washington, menyebutkan sekarang hampir 250 ekor puffin tewas hanya dalam 20 hari. " Dalam 10 tahun pengamatan, secara total kami hanya melihat enam puffin yang mati. Sekarang kami melihat hampir 250 dalam 20 hari. Dan pulau ini hanya seperti titik di tengah samudera ", Ujar SiGaluh Parrish. " Populasi puffin hanya 6.000 burung, dan kami memproyeksikan setengahnya akan terpengaruh " Suhu panas dan kelaparan.
Tim peneliti yakin suhu permukaan laut yang tinggi adalah penyebab kematian mereka, kemudian menciptakan efek domino yang memengaruhi jumlah plankton dan distribusi ikan di Laut Bering Timur. Burung puffin menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut terbuka, mereka akan kembali ke pantai selama musim kawin untuk berkembang biak dan berganti kulit pada saat proses molting (berganti kulit), kemampuan mereka untuk terbang berkurang. Kombinasi perubahan iklim dan musim ganti kulit pada akhirnya berkontribusi pada kematian burung puffin. Mereka tidak bisa mendapatkan makanan tepat waktu.
Survei selama empat bulan yang dilakukan pada 2016, sekelompok peneliti menemukan 359 bangkai hewan, kebanyakan adalah jenis burung puffin yang biasanya jarang terdampar yang diperkirakan jumlah keseluruhan sekitar 3.150 hingga 8.800 burung yang mati dan sekitar 87 %-nya merupakan Puffin. “ Spesimen yang dikumpulkan sangat kurus. Menunjukkan kelaparan sebagai penyebab utama kematian ”, Tulisan para peneliti dalam studi yang dipublikasikan pada PLOS ONE.
Kematian ini membuat para ilmuwan menjadi khawatir akan keberadaan populasi burung laut berkepala putih dan berparuh oranye ini dan mereka menduga penyebab akan kematian burung-burung puffin ini adalah perubahan suhu laut yang semakin panas pada tahun ini. " Dalam beberapa tahun terakhir, kami menemukan setidaknya ada dua atau tiga burung puffin yang mati, itu hal biasa ", Ujar SiDin Paul Melovidov, penjaga pantai yang telah menghabiskan beberapa pekan menyusuri pantai untuk membersihkan mayat puffin dan memoto penemuannya.
" Namun ketika ditemukan ada 40 hingga 50 ekor mati dan hampir semuanya masih dalam bentuk utuh, itu sangat mengkhawatirkan ", Mengutip Care2 (14/11), Julia Parrish seorang profesor dari University of Washington, menyebutkan sekarang hampir 250 ekor puffin tewas hanya dalam 20 hari. " Dalam 10 tahun pengamatan, secara total kami hanya melihat enam puffin yang mati. Sekarang kami melihat hampir 250 dalam 20 hari. Dan pulau ini hanya seperti titik di tengah samudera ", Ujar SiGaluh Parrish. " Populasi puffin hanya 6.000 burung, dan kami memproyeksikan setengahnya akan terpengaruh " Suhu panas dan kelaparan.
Tim peneliti yakin suhu permukaan laut yang tinggi adalah penyebab kematian mereka, kemudian menciptakan efek domino yang memengaruhi jumlah plankton dan distribusi ikan di Laut Bering Timur. Burung puffin menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut terbuka, mereka akan kembali ke pantai selama musim kawin untuk berkembang biak dan berganti kulit pada saat proses molting (berganti kulit), kemampuan mereka untuk terbang berkurang. Kombinasi perubahan iklim dan musim ganti kulit pada akhirnya berkontribusi pada kematian burung puffin. Mereka tidak bisa mendapatkan makanan tepat waktu.
National
Park Service (NPS) mencatat, Burung laut
yang merupakan indikator kesehatan ekosistem laut, di Alaska juga pernah
mengalami kematian burung laut yang ekstrem pada 2018, “ Peristiwa
kematian massal baru-baru ini sangat memprihatinkan karena mereka mungkin
merujuk pada perubahan signifikan pada ekosistem laut. Laut utara kita telah
melampaui suhu permukaan di atas rata-rata
”, Ujar SiDin pejabat NPS. Saat
suhu di permukaan laut meningkat, ikan air dingin dan plankton mulai berpindah dan
bereproduksi lebih jarang kondissi inipun menjadi penyebab burung-burung laut yang bergantung kepada
mereka akhirnya kesulitan mendapatkan makanan untuk bertahan hidup.
Suhu maksimum tahun ini di Laut Bering merupakan suhu terpanas yang pernah tercatat, menurut National Geographic naik 6 derajat Celsius dari suhu biasanya sementara Janet Duffy-Anderson dari NOAA Southwest Fisheries Science Center mencatat suhu di Laut Bering terus meningkat selama tiga tahun beruntun dan tidak ada tanda akan berhenti pada 2017. Kenaikan suhu lautan berefek merugikan bagi organisme terkecil dan ikan-ikan yang berada pada posisi terbawah dalam rantai makanan, berkurangnya jumlah ikan kecil membuat burung-burung pemakan ikan seperti puffin ini akan kesulitan makan atau berekor pada kelaparan.
Suhu maksimum tahun ini di Laut Bering merupakan suhu terpanas yang pernah tercatat, menurut National Geographic naik 6 derajat Celsius dari suhu biasanya sementara Janet Duffy-Anderson dari NOAA Southwest Fisheries Science Center mencatat suhu di Laut Bering terus meningkat selama tiga tahun beruntun dan tidak ada tanda akan berhenti pada 2017. Kenaikan suhu lautan berefek merugikan bagi organisme terkecil dan ikan-ikan yang berada pada posisi terbawah dalam rantai makanan, berkurangnya jumlah ikan kecil membuat burung-burung pemakan ikan seperti puffin ini akan kesulitan makan atau berekor pada kelaparan.
” BE HAVIER TAK JAUH DARI FOOD CHAIN SUATU
MAKHLUK “
Said by
AndronGGurU KadiRJanggO@
Beberapa nama pepatah ini berunsur hiburan, sorry !!!
Komentar
Posting Komentar