KERETAKAN DAGANG USA DAN TIONGKOK ISU UTAMA DI G20 OSAKA JAPAN.
INFOKOMNOW.COM
byLaSikUAgaY, 30/06/2019
byLaSikUAgaY, 30/06/2019
AceTSibrikuILegenD@ Isu persaingan dagang terkini yang cukup
menarik antara Donald Trump dan Xi Jinping khususnya di Asia tenggara yang baru-baru
ini menghangat, sehingga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang,
28 Juni 2019 diharapkan dapat menjembatani keadaan ini. Kepala negara yang hadir—maupun dunia di
luarnya—berharap sebuah kompromi atas permainan tarif dagang muncul dari
pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) dan Presiden Tiongkok itu yang cukup
seru selama ini dapat terwujud.
“ Kita lihat apa yang akan terjadi dan apa
hasilnya nanti. Besok akan menjadi hari yang sangat menarik. Banyak orang yang
membicarakan itu ”, Ujar SiDin Trump,
Jumat 28/6. Xi Jinping digadang-gadang
telah mempersiapkan sejumlah persyaratan untuk dipenuhi Dobad Trump sebelum
segala negosiasi dagang tersebuut terwujud.
The Wall Street Journal menyebut salah satunya adalah pencabutan
larangan penjualan Huawei di AS.
Sulit
memastikan dengan mudah kesepakatan dapat wujut tapi diplomasi tetap akan
dijalankan setiap Negara peserta. Presiden
Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri
Jepang Shinzo Abe, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Uni Eropa
Jean-Claude Juncker kompak menyampaikan misi itu dalam pertemuan bilateral mereka
dengan Trump.
Presiden
Joko " Jokowi " Widodo saat keberangkatannya ke Osaka, Kamis
(27/6/2019), berharap para kepala negara-negara anggota G20 dapat berlaku arif
atas situasi yang terjadi saat ini. “ Bagaimana pun cara mengukurnya, transaksi
perdagangan sebaiknya tetap harus sejalan dengan perjanjian WTO. Aku menyimpan
keprihatinan yang serius akan situasi perdagangan global saat ini ”, Ujar SiDin Abe membuka KTT, sehingga Abe
merasa perlu untuk menurunkan tensi perang dagang yang telah merembet ke banyak
hal, termasuk politik karena diplomasi saling balas (tit-for-tat) merugikan
semua pihak.
Maka
untuk meredakan kekesalan Trump, Abe telah menyiapkan sebuah brosur berisi
panduan atas lima investasi baru yang ditanamkan perusahaan Jepang di AS hanya
dalam jangka waktu satu bulan saja. Trump
melunak saat pertemuan dengan Abe dan menyatakan siap bernegosiasi dengan
Jepang terkait banyak hal, mulai dari perdagangan hingga kerja sama militer. Sikap inipun Nampak saat bertemu perdana Menteri
India Narendra Modi dan Politisi Partai Republik itu tak lagi berkoar soal
tarif tinggi yang diberlakukan India atas produk-produk AS.
Butuh
upaya yang luar biasa keras untuk mengembalikan hubungan AS dan Tiongkok ke
situasi sebelum terjadinya perang dagang.
Huiyao (Henry) Wang, Presiden dan Pendiri Center for China and
Globalization mengatakan skenario terbaik yang bisa dilakukan adalah kedua
belah pihak mencapai kesepakatan bersama dan menghentikan semua tarif yang
saling dilemparkan satu sama lain.
“ Hubungan keduanya kini ada di
persimpangan ”, Ujar SiDin Wang dalam
sebuah seminar perdagangan internasional di Universitas Hong Kong, 20 Juni
2019. Hal yang paling mungkin terjadi adalah perang
dagang akan terus berlanjut, Sistem
ekonomi global tetap dalam ketidakpastian sampai setiap negara masing-masing menemukan
titik keseimbangannya dan Perpisahan (Decoupling) AS dan Tiongkok suatu yang
muskil mengingat 70.000 perusahaan multinasional AS yang menghasilkan $ 700
miliar di Tiongkok.
Adapun
Stephen Olson peneliti Hinrich Foundation di Hong Kong menyatakan AS dan
Tiongkok tidak akan pernah kembali seperti dulu lagi namun mereka tidak akan
pernah benar-benar bercerai. Baginya perang
dagang yang terjadi saat ini adalah manifestasi dari tantangan sistemis yang
jauh lebih besar. Bagaimana mungkin kita mendamaikan dua negara dengan sistem
ekonomi yang sangat berbeda secara fundamental dan mengubahnya dalam satu
arsitektur perdagangan yang sejenis.
“ AS didorong oleh pasar ekonomi yang secara
tradisional mengejar kebijakan perdagangan bebas ; sementara ekonomi Tiongkok
menganut sistem kapitalisme yang sangat dikontrol oleh Negara ”, Ujar SiDin Olson, dalam seminar yang sama. Sistem perdagangan yang berjalan sebelum
perang dagang dimulai menguntungkan bagi Tiongkok yang memunculkan sentimen
anti-Tiongkok yang semakin dieksploitasi saat Trump menjabat.
Desakan
untuk Tionkok berlaku terbuka dan transparan dalam melakukan perdagangan, baik
bilateral maupun multilateral, sudah disuarakan oleh kubu Demokrat dan
Republik. “ Saya benar-benar berharap Beijing memahami
bahwa sentimen ini tidak diciptakan oleh Trump. Dia hanya gejala, bukan
penyebabnya. Sentimen ini akan bertahan lebih lama dari pemerintahan Trump ”,
Ujar SiDin Olson.
“ PERDAGANGAN SEIMBANG JAMINAN EKONOMI
SEHAT “
Said
by AceTSenrikuILegenD@
Komentar
Posting Komentar