KRISIS EKONOMI MENIMPA SRI LANGKA KARENA HUTANG YANG TINGGI DAN TANAH DIGADAIKAN PADA CHINA
INFORMASINOW.COM
byBambanGBiunG, S e l
a s a, 0 4 A p r i l 2 0 2 2
MohImbILegendS@
Baru-baru ini, Sri Lanka dikabarkan harus menyatakan keadaan darurat
menyusul krisis ekonomi dan kenaikan inflasi, semua kasus ini tidak terlepas
dari semakin membengkaknya utang srilangka pada China sehingga beberapa asset Negara
dikuasai pengusaha China hingga waktu
cukup lama. Menurut Presiden, deklarasi
keadaan darurat untuk kepentingan umum dan untuk memungkinkan pemeliharaan
pasokan dan layanan penting untuk disalurkan kepada rakyat. Di sana, tingkat
darurat telah mencapai jatah makanan, bahan bakar dan listrik. Apa yang
sebenarnya terjadi di sana?
Atas keadaan filed tersebut Sri Lanka, mulai 01
April 2022 dinyatakan dalam
keadaan darurat menyusul perintah dari Presidennya Gotabaya Rajapaksa yang
dikatakan ingin mendapatkan kembali kendali atas situasi tersebut. Kegentingan terjadi terjadi di sana-sini dengan aksi protes,
termasuk di depan rumah presiden sendiri bahkan dalam keadaan darurat juga,
petugas penegak hukum dapat menahan dan memenjarakan siapa pun tanpa surat perintah, dengan harapan keadaan darurat ini romorentah dapat
mengendalikan aksi unjuk rasa.
Mengapa 22
juta masyarakat Sri Langka sendiri yang melakukan
protes, karena mereka saat ini sedang dilanda krisis ekonomi yang
memaksa orang untuk mengantre kebutuhan dasar serta menghadapi kekurangan
pasokan listrik, berujung pada ketidak puasan rakyat dan inefisiensi pemerintah dan mendesak Presiden
untuk mengundurkan diri. Nilai tukar
mata uang asing Sri Lanka semakin rendah dan pasokan uang negara menyusut jauh,
ditambah adanya pandemi, banyak
sektor ekonomi yang lumpuh dan semakin mempengaruhi kemampuan Sri Lanka untuk
mensejahterakan negaranya.
Cadangan rakyat menyusut 70% dalam 2 tahun menjadi
$ 2,31 miliar dan harus melunasi utangnya tahun 2022 sekitar $4 miliar,
termasuk $1 miliar pinjaman internasional yang jatuh tempo pada Juli 2022. Krisis ekonomi Sri Lanka sebenarnya banyak
kaitannya dengan China. Sekarang kita
tidak lagi memikirkan China dalam hal rasisme - inilah China yang rajin mencari
peluang ekonomi di negara lain demi kelangsungan ekonomi dan kepentingan
geopolitik sehingga Sri Lanka akhirnya terjebak
dengan utang ke China.
Krisis ekonomi dimulai sekitar 2 tahun yang lalu, saat itu, Sri Lanka menggunakan lebih dari 70% cadangannya dan sekarang memiliki sisa $ 2
miliar. Tahun ini, utang Sri Lanka telah mencapai $ 7 miliar sebagian besar
utang tersebut tertumpu China. Bagaimana
orang bisa berhutang ?. Karena
di awal tahun 2000-an Sri Lanka
berpendapat masyarakat ingin mengikuti
model pembangunan China yang lebih fokus pada infrastruktur dengan harapan
dapat meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan. Karena itu, Sri Lanka
meminta banyak dana dari China untuk proyek infrastruktur.
Dari 2006-2019, setidaknya $12 miliar telah
diinvestasikan untuk pembangunan infrastruktur di sana. Banyak proyek yang
dikatakan masih dalam tahap pembangunan, seperti pelabuhan kota Kolombo yang
dibangun oleh badan usaha milik negara China China Communications Construction
Company senilai $1,4 miliar. Proyek ini
diharapkan akan selesai pada tahun 2043, yang berarti Sri Lanka tidak akan
mendapat untung dari pelabuhan selama 2 dekade lagi. Meski nantinya akan
selesai, 43% lahan akan disewakan ke China karena Sri Lanka tidak punya uang untuk
membayar proyek tersebut.
Pada dasarnya, Sri Lanka sudah terjebak dalam
siklus utang dengan China yang telah memaksa Sri Lanka untuk melepaskan kendali
atas proyek tersebut atau mengambil pinjaman lain untuk membayar China, seperti kasus pembangunan pelabuhan
Hambantota pada awal 2010 dengan uang pinjaman sebesar US$ 1 miliar namun, ia kalah dalam pemilihan 2015. Pemerintah baru berusaha untuk mengubah cara hutang dibayarkan menjadi
uang tunai menjadi ekuitas, dengan area pelabuhan dan 15.000 hektar lainnya disewakan
ke China selama 99 tahun.
Semua ini tentunya menjadi cara China untuk
mendapatkan tanah di sana, karena tidak dapat membayar utang untuk proyek. Meski mereka telah membujuk China untuk
mempertimbangkan kembali metode pembayaran lainnya dan mereka tetap menolak
atas utang berjalan itu. Ada dua alasan
utama mengapa China mungkin tidak menanggapi permintaan Sri Lanka. Pertama, tampaknya membuktikan bahwa model
pertumbuhan China yang berfokus pada infrastruktur telah 'gagal'. Kedua, ini menjadi contoh buruk bagi negara
lain yang telah meminjam uang dari China.
Investasi Cina di Sri Lanka sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Saat itu, China selalu memberikan hibah kepada Sri Lanka. Sementara itu, pada tahun 2000-an, hubungan 'ditingkatkan' menjadi model komersial menggunakan pinjaman dan infrastruktur terkait investasi asing seperti proyek transportasi, energi dan telekomunikasi. China banyak terlibat dalam sektor konstruksi dan membiayai beberapa proyek infrastruktur penting seperti pembangkit listrik tenaga batubara Narocholai tahun 2006, pelabuhan Hambantota tahun 2007, Bandara Mattala tahun 2010, Terminal Peti Kemas Internasional Kolombo di Pelabuhan Kolombo tahun 2011 dan Lotus Tower di tahun yang sama.
Pelabuhan Hambantota di Colombo |
“ Sri Langka
Negara miskin terjebak hutang pada China
“,
S a i d
b y MohImbILegendS@
Komentar
Posting Komentar