DUA PENDAPAT TENTANG TENTANG ASAL USUL KA’BAH
INFORMASINOW.COM
byMuhammaDBakrI, S e l a s a, 2 1 M a r e t 2 0 2 3
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan pada zaman
apa Ka'bah dibangun namun di antaranya ada dua pendapat besar yang
berkembang. Pendapat pertama, menurut
pendapat ini Ka'bah baru dibangun oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam. Pendapat ini
disampaikan oleh Ibnu Katsir dengan landasan riwayat dari Ibnu Abbas ra, " Seandainya manusia tidak berhaji ke rumah
ini (Ka'bah), maka Allah tumbukkan langit dengan bumi ".
Selain itu juga dengan dalil ayat-ayat berikut ini.
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada
Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), " Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun
dengan Aku ", (QS Al-Hajj: 26). Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun
untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda
yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah
itu) menjadi amanlah dia, (QS Ali Imran: 96-97). Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan
(membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), "Ya Tuhan
kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah: 127)
Pendapat kedua, pendapat kedua mengatakan bahwa Ka'bah
sudah berdiri jauh sebelum zaman Nabi Ibrahim, yaitu sejak zaman Nabi Adam
Alaihissalam, bahkan ketika Nabi Adam
turun ke muka bumi, Ka'bah sudah berdiri tegak dibangun oleh para malaikat. Ka'bah memang didirikan untuk Nabi Adam
melakukan ibadah kepada Allah SWT di bumi.
Keterangan ini mereka dapat dari hadits dalam kitab Ad-Dalail yang
diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari shahabat Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu
'anhu secara marfu'. Di dalamnya
terkandung kisah tentang pembangunan Kabah sejak masa Nabi Adam, namun secara sanad, periwayatan hadits ini secara
sendirian lemah (dhaif).
Maka hadits ini dikuatkan dengan riwayat dari jalur
lainnya, yaitu apa yang diriwayatkan secara mauquf dari Ibnu Abbas sebagaimana
yang ada pada Al-Azraqi, Abu Syaikh dan Ibnu Asakir. Pendapat ini manqul dari
Muhammad bin Kaab Al-Qurazhi dan 'Atho dan lainnya. Az-Zarqani merajihkan hadits-haditsnya
sebagaimana beliau tulis dalam kitab syarahnya pada kitab Al-Muwaththa'. Di sana beliau menuliskan, "
Semua riwayat ini saling menguatkan satu dengan yang lainnya ".
Hajar
Aswad
Hajar Aswad berarti batu hitam. Batu itu kini ada di
salah satu sudut Kabah yang mulia yaitu di sebelah tenggara dan menjadi tempat
mulai dan selesai untuk melakukan ibadah tawaf di sekeliling Kabah. Diletakkan dalam bingkai dan pada posisi 1,5
meter dari atas permukaan tanah. Batu
yang berbentuk bulat telur dengan warna hitam kemerah-merahan, di dalamnya ada titik-titik merah campur
kuning sebanyak 30 buah serta dibingkaikan dengan perak setebal 10 cm buatan Abdullah bin
Zubair, seorang shahabat Rasulullah SAW.
Batu ini asalnya dari surga sebagaimana disebutkan
dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh sejumlah ulama hadis. Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ” Hajar Aswad turun dari surga berwarna lebih
putih dari susu lalu berubah warnanya jadi hitam akibat dosa-dosa bani
Adam ", (HR
Timirzi, An-Nasa`I, Ahmad, Ibnu Khuzaemah dan Al-Baihaqi).
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersada, ” Demi
Allah, Allah akan membangkitkan hajar Aswad ini pada hari kiamat dengan
memiliki dua mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat berbicara. Dia akan memberikan kesaksian kepada siapa yang
pernah mengusapnya dengan hak ", (HR Tirmizy,
Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban, At-Tabrani, Al-Hakim,
Al-Baihaqi, Al-Asbahani). At-Tirmizi
mengatakan bahwa hadits ini hadits hasan. Sedangkan Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih dalam kitab Shahihul Jami` Nomor 2180, 5222 dan 6975.
Dari Abdullah bin Amru berkata, ” Malaikat
Jibril telah membawa Hajar Aswad dari surga lalu meletakkannya di tempat yang
kamu lihat sekarang ini. Kamu tetap akan berada dalam kebaikan selama Hajar
Aswad itu ada. Nikmatilah batu itu selama kamu masih mampu menikmatinya. Karena
akan tiba saat di mana Jibril datang kembali untuk membawa batu tersebut ke tempat
semula ", (HR
Al-Azraqy).
Bagaimanapun juga Hajarul Aswad adalah batu biasa, meskipun banyak kaum muslimin yang menciumnya atau menyentuhnya, hal tersebut hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Umar bin Al-Khattab berkata, " Demi Allah, aku benar-benar mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberi madharat maupun manfaat. Kalaulah aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu aku pun tidak akan melakukannya ". DariRepublik25/02/2023
“ Ka’bah bangunan batu di Mekkah yang
dikunjungi ummat Islam saat berHaji “,
S a
i d b
y
JanggOLatieFAraBLegendS@
Komentar
Posting Komentar