KISAH TIGA SERDADU JEPANG DI PERANG DUNIA II PANTANG MENYERAH
INFORMASINOW.COM
byDannYAsmorO, J
u m a
t, 0 3
M a r
e t 2
0 2 3
Shoichi Yokoi, Teruo Nakamura, dan Hiroo Onoda
Sebagai satu contoh adalah “Shoichi Yokoi” seorang sersan yang dikirim ke Guam pada
Februari 1943 untuk bertempur melawan Amerika Serikat, pada tahun 1944 posisi pasukan mereka tersudut oleh serangan musuh, S Yokoi dan sembilan tentara Jepang lainnya
bersembunyi di kedalaman rimba Guam tapi seiring waktu, kesepuluh orang Jepang
itu akhirnya saling berpisah dan meninggalkan satu sama lain. Pada tahun 1952, Yokoi sebetulnya sudah tahu
bahwa Jepang telah menyerah dalam Perang Dunia Kedua, tetapi dia terlalu takut
untuk keluar dari persembunyiannya. Dia
juga merasa malu sehingga memutuskan untuk tetap hidup di dalam gua bawah tanah
hingga dua dekade selanjutnya.
" Kami
para tentara Jepang diperintahkan untuk lebih memilih mati dalam aib ketimbang
ditangkap hidup-hidup ", Ujar SiDin S Yokoi dengan Soppengernya
(Jumawanya). Disebutkan dalam buku 'Private Yokoi's War and
Life on Guam', saat ditemukan oleh pemburu lokal pada 24 Januari 1972 tercatat
kisah sangat mengharu, S Yokoi menangis
dan memohon agar mereka membunuhnya ketimbang dibawa pulang. Permintaannya tak dikabulkan malah S Yokoi di kembali ke Jepang dan kemudian meninggal
pada tahun 1997.
Kisah lain tapi masih senada Hiroo Onoda, letnan ini enggan keluar dari pedalaman di
Pulau Lubang, Filipina, lantaran tak
pernah yakin akan kabar penyerahan Jepang. Setelah dikirim dengan mengemban tugas
perwira intelijen, Onoda menerima perintah khusus yang menyatakan bahwa dalam
keadaan apa pun dia tidak boleh menyerah kepada musuh juga dilarang bunuh diri.
Maka, ketika di akhir Agustus 1945
Onoda bersama tiga tentara lainnya menemukan selebaran (yang menyatakan kabar
penyerahan Jepang), mereka malah merobeknya.
Onoda dan rekan-rekannya selalu yakin bahwa
selebaran --atau tanda apapun-- yang mendeskripsikan penyerahan Jepang dalam
Perang Dunia Kedua itu diamggap
mereka hanyalah tipuan. Mereka terus bersembunyi pada tahun-tahun
berikutnya, hingga pada 1950 Yuichi Akatsu (salah satu rekan Onoda) memilih
untuk menyerah kepada pasuka Filipina.
Setelah penyerahan Akatsu, regu pencari dikerahkan
militer Filipina untuk mendesak Onoda agar menyerah, tetapi Onoda pindah lebih
jauh ke dalam hutan. Surat dan foto keluarga Onoda disebarkan dari pesawat,
catatan dari Akatsu juga, tetap saja Onoda masih menganggapnya sebagai tipu
daya musuh. Sangat sulit membuat Onoda
sadar bahwa perang telah berakhir, bahkan setelah dia kehilangan Shimada dan
Kozuka --dua rekan terakhirnya. Sendirian
di dalam hutan, Onoda baru menyerah pada 1974 setelah dijemput oleh Norio
Suzuki.
Tentara terakhir, yang enggan menyerah setelah
Jepang mengaku kalah, yaitu Teruo Nakamura --keturunan Taiwan yang beragabung dalam Unit Sukarela Takasago dan
dikirim berperang ke Morotai, Maluku Utara, Indonesia. Pada September 1944, dia didesak untuk
bersembunyi ke pedalaman tatkala diserang pasukan Sekutu. Selama 30 tahun
berikutnya, Nakamura yang terasing sendirian tak pernah mendapat kabar tentang
penyerahan Jepang, dengan menjalaninya di
dalam gubuk 2x2 meter, menanam singkong dan umbi-umbian, Nakamura akhirnya
ditemukan oleh TNI AU pada Desember 1974. (dr.AbsaLBahtiaR.Kumparan.16/10/2018)
Pria mengenakan bendera nasional Jepang mengunjungi Kuil Yasukuni di Tokyo, Jepang.
“ Semangat Busido menjadikan Tentara Jepang
Pantang Menyerah, bahkan bersedia Mati “,
S a
i d b
y TokETaiwaNBujanGLapuKLegendS@
Komentar
Posting Komentar